Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 mencapai 5,04%. Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tak sampai 5% pada periode tersebut, meskipyn menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan.
WKU Kadin Indonesia Bidang Perencanaan Pembangunan Nasional (Bippenas Kadin Indonesia), Bayu Priawan Djokosoetono menilai Indonesia harus terus meningkatkan produktivitas nasional agar pertumbuhan ekonomi bisa digenjot mengejar pertumbuhan Vietnam yang sudah lebih dulu mencapai 8% sejak kuartal-II 2025. Ia mengajak para pemangku kepentingan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis peningkatan produktivitas.
“Selama ini pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh peningkatan input modal/investasi dan penambahan tenaga kerja. Berdasarkan data APO Databook 2025, kontribusi Total Factor Productivity (TFP) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia hampir nol, sedangkan kontribusi TFP terhadap pertumbuhan ekonomi Vietnam mencapai 8% apalagi China mencapai 26%. Mulai sekarang kita harus lebih fokus untuk bersinergi meningkatkan produktivitas agar pertumbuhan 8% bisa kita capai secepatnya,” ujar Bayu Priawan dalam keterangannya, Kamis (6/11/2025).
Dari sisi pengeluaran (demand), perekonomian Indonesia tergantung pada konsumsi rumah tangga dengan kontribusi 53%. Sayangnya, pada kuartal-III 2025 konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,89%.
Bayu berharap pemerintah terus menjaga daya beli kelas menengah dan calon kelas menengah. Pasalnya, kelas menengah menyumbang lebih dari 80% konsumsi rumah tangga nasional sehingga permintaan barang/jasa terus meningkat.
“Stimulus ekonomi 8+4+5 cukup bagus, misalnya program magang fresh graduate yang disambut 156 ribu pendaftar, tetapi Kadin juga berharap pemerintah melengkapi dengan paket stimulus pariwisata yang bisa mendorong peningkatan travelling dan menyambut Liburan Nataru 2025 nanti,” imbuhnya.
Pada kuartal-III 2025, produktivitas output Produk Domestik Bruto (PDB) nominal per pekerja Indonesia rata-rata Rp 13,78 juta per bulan. Adapun sejumlah sektor ekonomi dengan produktivitas PDB per pekerja yang paling tinggi, sektor pertambangan dengan produktivitas pekerja 7x dibanding rata-rata.
Kemudian disusul sektor real estate dan sektor informasi dan komunikasi dengan produktivitas sekitar 6x dibanding rata-rata. Lalu sektor penyediaan listrik dan gas dengan produktivitas PDB/pekerja sekitar 4x dibanding rata-rata. Keempat sektor tersebut memiliki produktivitas tinggi karena bersifat padat teknologi dan padat modal, dan membutuhkan SDM terampil yang berpendidikan tinggi untuk menjalankannya.
“Indonesia harus mendorong investasi yang membawa teknologi yang tepat dan efektif untuk meningkatkan produktivitas berbagai sektor ekonomi, sembari memastikan alih teknologi kepada pemain lokal,” kata Ketua Komite Tetap Perencanaan Ekonomi, Kadin Indonesia Ikhwan Primanda.
Sektor industri pengolahan menjadi penyumbang ekonomi terbesar Indonesia dengan kontribusi 19,15% terhadap PDB. Pada kuartal III-2025, industri pengolahan/manufaktur berhasil tumbuh 5,54% tahunan (yoy). Selain itu, PMI Manufaktur Indonesia juga sudah menunjukkan level ekspansi sejak bulan Agustus dan mencapai 51,2 pada September 2025. Primanda berharap pemerintah terus mendorong sinergi penguatan industri nasional.
“Transformasi Industri Nasional harus dilanjutkan dengan mendorong munculnya industri bahan baku, bahan antara, dan industri hilir yang bisa menyerap banyak tenaga kerja,” kata Primanda.
Sementara itu, sektor pertanian menjadi sektor kedua terbesar dengan kontribusi 14,35% terhadap PDB Indonesia. Pada periode tersebut, sektor pertanian hanya tumbuh 4.93% pada Kuartal-III 2025. Padahal sektor ini menyerap 28,15% pekerja Indonesia.
Ketua Komite Tetap Perencanaan Pangan, Kadin Indonesia Frans Tambunan mengatakan saat ini sektor pertanian produktivitasnya sekitar 0,5 dari rata-rata nasional produktivitas PDB per pekerja. Menurutnya, Indonesia terus mendorong modernisasi pertanian melalui inovasi dan investasi teknologi tepat guna, serta meningkatkan produksi melalui optimalisasi lahan dan pembukaan lahan pertanian dan perkebunan baru.
Selain itu, ia juga menilai perlu didorong juga sektor perikanan untuk mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Lebih lanjut, sektor konstruksi yang kontribusinya 9,82% terhadap perekonomian hanya tumbuh 4,21%. Sedangkan sektor real estate hanya tumbuh 3,95%. Primanda mengapresiasi program KUR perumahan dengan alokasi KUR Rp 130 triliun.
“Kadin berharap program KUR Perumahan dapat meningkatkan pertumbuhan sektor real-estate dan konstruksi perumahan yang backward-linkage nya bisa meningkatkan 140-an jenis industri terkait, serta diperkirakan dapat menyerap hingga 9 juta pekerja,” kata Primanda.
Primanda menambahkan sektor jasa perusahaan tercatat tumbuh 9,94%. Pertumbuhan sektor jasa perusahaan menjadi indikasi awal meningkatnya gairah berusaha di Indonesia.
Selain itu, sektor pendidikan mencapai pertumbuhan ekonomi 10,59%, tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya pada kuartal-III 2025. Ketua Komite Tetap Perencanaan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kadin Indonesia Sari W. Pramono menilai pertumbuhan tinggi ini sejalan dengan data mengenai peningkatan biaya masuk sekolah pada tahun ajaran baru. Namun, kontribusi sektor jasa pendidikan terhadap total ekonomi baru 2,74%. Oleh karena itu, Kadin mendukung kenaikan gaji guru dan dosen pada tahun 2025 ini.
“Kesejahteraan guru dan dosen sangat penting untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan, dan kenaikan gaji pendidik juga dapat membantu meningkatkan konsumsi rumah tangga, yang pada akhirnya turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Sari. pengusaha
