Wamen ESDM Ungkap Pabrik Bioetanol Bojonegoro Sudah Dapat Jatah Gas

Posted on

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung memaparkan pemerintah telah menetapkan pasokan gas kepada PT Butonas Petrochemical Indonesia (BPI) untuk pengembangan pabrik bioetanol dan metanol di Bojonegoro, Jawa Timur.

Pabrik petrokimia ini akan dibangun di Bojonegoro, dalam catatan detikcom pabrik itu akan menelan investasi hingga US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 19,4 triliun (kurs Rp 16.200).

“Untuk Bioetanol itu juga ini akan dilakukan di sini, di Kawasan Industri Bojonegoro. Untuk ketersediaan gas kami juga sudah alokasikan,” sebut Yuliot ditemui di Blok Cepu, Bojonegoro, Kamis (26/6/2025).

Yuliot memaparkan pasokan gas sebesar 110 MMBTU sudah dialokasikan ke pabrik bioetanol tersebut. Dia mendorong agar pembangunan pabrik itu segera diimplementasikan.

“Jadi itu sudah dialokasikan gasnya sekitar 110 MMBTU. Jadi mudah-mudahan ini segera diimplementasikan,” sebut Yuliot.

Wacana pabrik bioetanol di Bojonegoro sendiri sempat diungkapkan oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Pemerintah ingin mempercepat pembangunan industri metanol dan etanol dalam negeri. Langkah tersebut diambil sebagai upaya mengurangi ketergantungan impor solar yang mencapai 80% dari pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

Eks Menteri Investasi itu mengatakan instruksi tersebut disampaikan Presiden Prabowo Subianto pada saat rapat terbatas. Bahlil menilai upaya itu sekaligus dapat meningkatkan produksi biodiesel dalam negeri.

“Kemarin juga ratas Pak Presiden memerintahkan untuk segera membangun industri etanol dan metanol. Karena 80% metanol sebagai campuran daripada biodiesel itu kita impor,” kata Bahlil saat ditemui di kediamannya, Pancoran, Jakarta, akhir November 2024 silam.

Maka dari itu, Bahlil mengatakan pemerintah mendorong pembangunan pabrik bioetanol agar mengurangi ketergantungan impor sekaligus sejalan dengan cita-cita Prabowo menuju swasembada energi. Salah satunya adalah pabrik di Bojonegoro dengan investasi US$ 1,2 miliar.

Bahlil pun menyebut tidak menutup kemungkinan program biodiesel B50 dapat memakai bahan dari produksi dalam negeri.

“Etanol ini kita impor terus. Dan sekarang kita lagi dorong untuk membangun pabrik etanol baik dari tebu maupun dari singkong. Karena biodiesel itu campurannya itu kan adalah CPO, etanol, metanol dan sebagian dari solar. Nah, kalau kita dorong ke depan B50 kita memakai solar dari produksi dalam negeri. Jadi, nggak lagi kita impor,” terang Bahlil.