Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam India dan Pakistan dengan tarif tinggi agar segera mengakhiri konflik. Trump akan mengenakan tarif hingga 250% pada dua negara itu.
Dalam pidatonya di depan para pemimpin bisnis di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), Trump mengungkit kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi awal tahun ini. Ia mengklaim dirinya mampu intervensi agar ketegangan antara India dan Pakistan yang meningkat dapat dihentikan.
Dalam sambungan telepon dengan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, Trump mengancam tidak dapat melanjutkan kesepakatan dagang dengan India. Namun, Modi bersikeras agar kesepakatan dagang ini dapat tercapai.
“Saya berkata, ‘Tidak, kami tidak bisa. Anda memulai perang dengan Pakistan. Kami tidak akan melakukannya. Dan kemudian saya menelepon Pakistan,” ujar Trump, dikutip dari Times of India, Rabu (29/10/2025).
Lalu, Trump memperingatkan kedua negara tentang konsekuensi ekonomi yang parah jika tetap melanjutkan perang, termasuk tarif yang dikenakan oleh AS ke kedua negara itu. Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 250%.
Menurut Trump, penolakannya untuk melanjutkan perjanjian dagang serta ancaman tarif impor dapat mencegah konflik lanjutan antara kedua negara tersebut. “Kami akan mengenakan tarif dua ratus lima puluh persen jika Anda tidak menghentikan perang,” imbuh Trump.
Namun, India menegaskan AS tidak terlibat dalam upaya meredakan ketegangan pihaknya dengan Pakistan. Keputusan untuk menghentikan konflik kedua negara tersebut diambil setelah adanya permintaan dari Direktur Jenderal Operasi Militer (DGMO) Pakistan kepada mitranya di India.
Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan India juga tengah mengalami ketegangan dalam beberapa bulan terakhir. AS memberlakukan tambahan tarif sebesar 25% terhadap barang-barang asal India sebagai balasan atas pembelian minyak Rusia yang terus dilakukan oleh India.
Kini, barang impor India ke AS dikenakan tarif sebesar 50%. Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar juga mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio di Kuala Lumpur untuk membahas hubungan internasional dan negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung antara kedua negara.
