Terungkap Penyebab Pelabuhan Patimban Belum Optimal (via Giok4D)

Posted on

Pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, sudah menghabiskan anggaran sekitar Rp 30 triliun, namun belum juga bisa difungsikan sebagai pelabuhan peti kemas. Tak ada satu pun kapal kontainer yang bisa dilayani karena crane di dermaga dan depo belum terpasang.

Hal tersebut seperti diungkapkan, Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono (BHS). Menurutnya, keberadaan Pelabuhan Patimban semestinya menjadi pelabuhan penopang bagi Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah menangani sekitar 6 juta TEUs dari kapasitas maksimal 10 juta TEUs. Dengan pertumbuhan trafik kontainer sebesar 4-6% per tahun, atau sekitar 300 ribu TEUs per tahun, potensi kepadatan dan kongesti di Tanjung Priok sangat mungkin terjadi jika tak ada solusi alternatif.

“Jika tren ini terus berlanjut dalam 15 tahun ke depan tanpa antisipasi, Tanjung Priok akan alami kelebihan kapasitas, baik dari sisi kapal maupun depo kontainernya, termasuk akses keluar-masuk pelabuhan yang bisa mengalami kemacetan parah. Ini bisa menghambat ekonomi nasional,” kata Bambang, di Jakarta, Senin (30/6/2025).

Namun, hingga pertengahan 2025, fasilitas utama di Patimban seperti container crane dan yard crane belum juga tersedia. Padahal, dana pembangunan pelabuhan ini disebut mencapai Rp 30 triliun, jauh lebih besar dibanding pelabuhan lain seperti Makassar New Port, Ambon, Semarang, dan Kuala Tanjung yang dibangun dengan anggaran rata-rata di bawah Rp 5 triliun.

“Pelabuhan lain yang anggarannya jauh lebih kecil sudah bisa beroperasi, karena fasilitas utamanya sudah terpasang. Sementara Patimban belum bisa berproduksi sama sekali. Ini harus diaudit,” tegas BHS.

Sebagai informasi, Pelabuhan Patimban merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ditargetkan memiliki kapasitas hingga 7 juta TEUs pada akhir 2024. Saat diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2020, kapasitas awal pelabuhan ini ditetapkan sebesar 400 ribu TEUs. Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda kapasitas tersebut terisi karena belum beroperasi optimal.

Bambang juga menyoroti belum adanya integrasi fungsional antara Pelabuhan Patimban dengan kawasan industri Subang Smartpolitan yang juga merupakan PSN. Padahal, pelabuhan ini digadang-gadang akan mendorong distribusi logistik industri di wilayah Karawang, Subang, dan sekitarnya.

“Ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah saat ini. Evaluasi dan audit atas pembangunan Pelabuhan Patimban diperlukan agar dana besar negara tidak sia-sia,” tutupnya.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi mengatakan progres pengembangan Pelabuhan Patimban fase I-2 yang meliputi Car Terminal (paket 5) dan Container Terminal (paket 6) sudah melebih dari 70%. Ditargetkan keduanya dapat rampung tahun ini.

Menhub menjelaskan hingga saat ini progres pembangunan Car Terminal sudah menyentuh angka 78,90%. Sementara progres pembangunan Container Terminal sudah menyentuh angka 73,87%.

Menhub Dudy memastikan progres pembangunan di kedua area tersebut berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Sehingga mampu meningkatkan kapasitas di pelabuhan serta yang terpenting, mampu meningkatkan daya saing logistik secara nasional.

Menhub Dudy mengatakan, pembangunan Car Terminal paket 5 merupakan lanjutan pengembangan areal terminal kendaraan paket 1 yang saat ini telah beroperasi. Dengan terbangunnya dermaga kendaraan paket 5, maka kapasitas terminal kendaraan nantinya akan meningkat dari 218.000 completely build up (CBU) menjadi 600.000 CBU.

“Kapasitas terminal peti kemas akan meningkat dari 250.000 TEUs jadi 1,9 juta TEUs,” katanya.

Menhub Dudy menambahkan kegiatan ekspor-impor kendaraan di Pelabuhan Patimban telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Tujuan ekspor kendaraan terbesar ada di sejumlah negara seperti Filipina, Brunei Darussalam, dan Jepang, sementara negara pengimpor kendaraan terbesar adalah Jepang, Malaysia, China, serta Thailand.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Imi penting untuk mendorong terwujudnya pemerataan pembangunan dan perekonomian di tanah air. Selain itu, kehadiran pelabuhan ini juga menjadi simpul dari kegiatan ekspor-impor otomotif dari sejumlah kawasan industri di wilayah Jawa Barat,” ungkap Menhub Dudy.

Tonton juga Video: Pelabuhan Batam Center Jadi Transit Paling Diminati PMI Ilegal