Orang Jepang bekerja sangat keras. Jam kerja normal di sana bisa menyentuh hingga 12 jam sendiri, dan itu masih dianggap sebagai hari yang pendek bagi para pegawai.
Sayangnya, untuk bisa keluar dari rutinitas keras itu sangat sulit bagi orang-orang Jepang. Resign atau mengajukan pengunduran diri adalah hal yang tidak normal untuk dilakukan, bahkan untuk meminta waktu cuti saja prosesnya rumit.
Dilansir dari CNN, Jumat (10/10/2025), seorang pekerja dengan nama samaran Yuki Watanabe pernah menghabiskan 12 jam setiap hari bekerja keras di kantor. Hari kerja pukul 9 pagi hingga 9 malam adalah jam minimum.
“Paling lambat saya akan meninggalkan tempat kerja pukul 11 malam,” kata perempuan berusia 24 tahun itu.
Begitu keras rutinitasnya itu, sehingga Watanabe mulai mengalami masalah kesehatan. Dia sempat mengalami kaki gemetar dan masalah perut. Dia tahu ia harus berhenti, tetapi ada satu hal yang menghalanginya, budaya kerja Jepang yang terkenal top-down.
Meninggalkan kantor tepat waktu atau mengambil cuti bisa menjadi hal yang cukup rumit. Yang lebih sulit lagi adalah mengajukan pengunduran diri, yang dapat dianggap sebagai bentuk ketidakhormatan tertinggi di Jepang.
Para pekerja di Jepang secara tradisional bekerja di satu perusahaan selama puluhan tahun, bahkan mungkin seumur hidup. Bahkan, dalam kasus yang paling ekstrem, atasan yang pemarah merobek surat pengunduran diri dan melecehkan karyawan agar mereka tetap bertahan.
Watanabe pun begitu. Dia mengatakan mantan atasannya sering mengabaikannya, membuatnya merasa tidak enak. Namun dia tidak berani mengundurkan diri.
Namun dia menemukan cara untuk mengakhiri kebuntuan tersebut. Dia beralih ke Momuri, sebuah agen pengunduran diri yang membantu karyawan yang pemalu meninggalkan atasan mereka yang mengintimidasi personal para karyawan.
Banyak pekerja Jepang menyewa perusahaan perwakilan ini untuk membantu mereka mengundurkan diri tanpa stres. Popularitas perusahaan semacam ini sudah ada sebelum COVID-19. Namun, popularitasnya meningkat setelah pandemi, setelah bertahun-tahun pegawai bekerja dari rumah, bahkan beberapa pekerja paling loyal di Jepang pun terdorong untuk merenungkan karier mereka.
Tidak ada data resmi mengenai jumlah agen pengunduran diri yang bermunculan di seluruh negeri, tetapi mereka yang mengelolanya dapat membuktikan lonjakan permintaan.