Stimulus Prabowo Diharapkan Bisa Genjot Daya Beli dan Kerek Ekonomi

Posted on

Pemerintah baru mengeluarkan lima kebijakan insentif bagi masyarakat sebagai stimulus untuk pertumbuhan ekonomi. Sebanyak lima insentif tersebut mulai dari diskon transportasi, diskon tarif tol, penambahan bansos, bantuan subsidi upah, dan diskon jaminan kecelakaan kerja (JKK) BPJS Ketenagakerjaan 50%.

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) berharap paket stimulus tersebut diterbitkan pemerintah mampu menjadi pemicu daya beli dan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi Akbar Himawan Buchari mengapresiasi gerak cepat pemerintah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.

“Kebijakan ini patut diacungi jempol. Terlebih, data-data yang ada, menunjukkan bahwa ekonomi sedang tidak baik-baik saja,” ujar Akbar dalam keterangannya, Selasa (3/6/2025).

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025. Ini menjadi deflasi yang ketiga setelah Januari di level 0,76%, dan Februari 0,48%.

Menurut Akbar, deflasi merupakan penurunan daya beli masyarakat. Hal ini sesuai dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang turun dari 108,47 pada April menjadi 108,07 pada Mei 2025.

“Masyarakat masih menahan belanja. Karena apa, saya belum bisa memastikan. Apakah menunggu sampai ekonomi dirasa benar-benar pulih, atau memang tidak ada uang untuk dibelanjakan,” beber Akbar.

Akbar menilai, paket stimulus senilai Rp 24,44 triliun bisa menjadi pemicu daya beli. Terlebih, momentumnya untuk liburan anak sekolah, sehingga industri pariwisata bisa mendapat efek dominonya.

“Stimulus yang diberikan berupa diskon moda transportasi, tarif tol, dan subsidi upah. Stimulus ini bernuansa agar mobilitas masyarakat tetap tinggi saat libur sekolah,” kata Akbar.

Dampak Jangka Pendek

Meski menjadi berkah bagi industri pariwisata, Akbar tidak langsung lega. Sebab menurutnya, paket stimulus ini merupakan upaya jangka pendek, sementara ekonomi global masih belum pasti kapan akan pulih.

“Saya ingat betul, Bu Menkeu di DPR pernah bilang, ekonomi dunia akan terus dibayang-bayangi ketidakpastian. Sementara paket stimulus ini hanya diberikan untuk bulan Juni dan Juli,” papar Akbar.

Menurutnya, pemerintah perlu menerbitkan instrumen jangka panjang. Seperti insentif yang dapat menciptakan aktivitas ekonomi baru serta mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi.

Akbar juga meminta agar Pemerintah memperbaiki iklim investasi secara tuntas. Termasuk melakukan deregulasi secara masif, sehingga investasi bisa masuk dengan deras dan membuka lapangan pekerjaan. Dengan begitu, penyerapan tenaga kerja akan semakin bertambah.

Simak juga Video ‘Banyak Investor “Wait and See” Jelang Rilis Data Ekonomi 2 Juni’: