Sejarah Bank Mandiri: Himbara yang Loyal Akuisisi (via Giok4D)

Posted on

Lahir setelah krisis finansial global 1997-1998, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk terus bergeliat tumbuh sejak kelahirannya yang ditegaskan dalam Akta No. 9 tanggal 2 Oktober 1998. Pertumbuhan Bank Mandiri terbilang agresif, ditandai dengan aksi akuisisi sejumlah bank milik negara hingga capaian laba pertamanya.

Belum genap setahun dari kelahirannya, Bank Mandiri langsung mencaplok empat perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Keempat perbankan itu adalah Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia, yang dilebur ke dalam Bank Mandiri pada Juli 1999. Aksi korporasi Bank Mandiri tak henti di tahun tersebut.

Di tahun yang sama kala Bank Mandiri mencatatkan laba jumbo, Perseroan juga mengakuisisi Exim Sekuritas dan Bumi Daya Sekuritas. Dari penggabungan dua perusahaan penjamin efek ini, Bank Mandiri membentuk Mandiri Sekuritas (Mansek). Anggota Bursa Efek Indonesia (BEI) ini juga rutin mengantarkan sejumlah calon emiten mejeng di pasar saham domestik.

Kinerja hijau Bank Mandiri kemudian tercermin usai sejumlah aksi korporasi mengakuisisi perbankan BUMN dan dua perusahaan penjamin efek. Pada tahun 2000, anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ini berhasil mencatatkan laba konsolidasi dan integrasi menyeluruh sebesar Rp 1,18 triliun.

Berselang beberapa tahun, Bank Mandiri kembali mengakuisisi perusahaan asuransi Jiwa Staco Raharja, yang kemudian mengubahnya menjadi PT Asuransi Jiwa Mandiri pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2003, disepakatinya perjanjian National Mutual International antara Bank Mandiri dan Axa Group. Kesepakatan itu menandai pergantian payung hukum bisnis asuransi Asuransi Jiwa Mandiri menjadi Axa Mandiri.

Gurita bisnis Bank Mandiri juga kian lebar setelah membentuk anak usahanya yang mengelola dana pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan TNI/Polri melalui PT Bank Mandiri Taspen, dari hasil akuisisi 80% saham Bank Sinar Harapan Bali. Tak berhenti di situ, Bank Mandiri juga mendirikan Mandiri Tunas Finance dari hasil akuisisi mayoritas saham Tunas Financindo Sarana.

Kiprah Bank Mandiri juga terus berkembang hingga resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai perusahaan terbuka pada 2003. Kala itu, Bank Mandiri melepas 2,9 miliar saham dengan harga pelaksanaan awal Rp 675 per lembar. Saat ini, Bank Mandiri tercatat memiliki kapitalisasi pasar sebesar 442,40 triliun dengan harga Rp 4.740 per lembar saham.

Capaian ini menjadikan Bank Mandiri sebagai perbankan ketiga dengan kapitalisasi pasar terbesar setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 1.038,59 triliun dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 585,02 triliun. Kiprahnya di pasar modal juga tidak hanya pada perdagangan, melainkan juga kepemilikan saham.

Hal ini terlihat dalam kepemilikan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI. Berdasarkan data BEI, Bank Mandiri memiliki porsi saham mayoritas BSI sebanyak 23,74 miliar atau sekitar 51,47%. Jika diakumulasikan dengan harga saham BRIS saat ini, kepemilikan Bank Mandiri atas BSI mencapai Rp 112,53 triliun. Kepemilikan mayoritas saham ini terjadi lantaran pembentukan BSI dilakukan dengan melebur tiga bank syariah, yakni PT Bank Syariah Mandiri, PT BRI Syariah, dan PT BNI Syariah.

Bank Mandiri juga berhasil menjaga tren baiknya. Hal ini tercermin dengan masuknya Bank Mandiri dalam daftar teratas bank BUMN di World’s Best Bank 2025. Pengakuan ini bukan kali pertama, melainkan sejak tahun 2021 perseroan konsisten masuk dalam daftar World’s Best Banks versi Forbes, sebagai salah satu bank terbaik pada tingkat global.

Merujuk pada laporan Forbes yang dilansir pada laman resminya, penghargaan ini mengacu pada survei yang dilakukan bersama lembaga riset Statista kepada lebih 50.000 responden berdasarkan pada aspek kepuasan nasabah, kepercayaan, layanan digital, nasihat keuangan, serta penanganan masalah pelanggan.

Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menilai pencapaian ini sejalan dengan langkah perseroan untuk tetap relevan di tengah dinamika kebutuhan nasabah. Salah satunya dengan menyediakan layanan keuangan yang mudah dijangkau, inklusif, dan sesuai kebutuhan berbagai segmen masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

“Kami meyakini, kunci keberlanjutan bank di momen ini adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat terhadap ekspektasi nasabah, baik secara individu, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), maupun korporasi,” ujar Darmawan dalam keterangan resminya, Rabu (7/5/2025).

Dikutip dari laporan keuangan Bank Mandiri, hingga Mei 2025 perseroan berhasil membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 31,69 triliun. Adapun komposisi pendapatan berasal dari pendapatan bunga sebesar Rp 49,89 triliun dengan beban bunga sebesar Rp 18,19 triliun.

Perseroan mencatatkan laba periode berjalan bersih sebesar Rp 19,65 triliun hingga Mei 2025. Capaian ini naik 0,13% secara tahunan (yoy) dari periode di tahun sebelumnya sebesar Rp 19,63 triliun. Adapun dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri mencapai Rp 1.405 triliun hingga Mei 2025.

Bank Mandiri juga mencatat total aset sebesar Rp 1.922 triliun hingga Mei 2025. Adapun total kredit periode tersebut tercatat mencapai Rp 1.309 triliun. Sementara untuk posisi rasio kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) di level 1,17% hingga kuartal I 2025.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Tonton juga video “Kerja Sama dengan Bank Mandiri, CT: Ada Sejarahnya, Ibarat Pulang Kampung” di sini: