Ribuan Petani Panen Raya Melon DAVINA F1 di Nganjuk Cetak Rekor MURI

Posted on

Lebih dari 1.000 petani di berbagai wilayah Jawa Timur berpartisipasi dalam kegiatan panen melon DAVINA F1 di Desa Getas, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk. Kegiatan yang dilakukan serentak di lahan seluas satu hektare tersebut meraih Rekor MURI sebagai ‘Panen Melon dengan Peserta Terbanyak di Indonesia.

Managing Director PT East West Seed Indonesia (EWINDO), Glenn Pardede menyebut keikutsertaan para petani dalam kegiatan ini jadi ajang pembuktian langsung keunggulan melon DAVINA F1, sebagai benih unggulan dari produsen Cap Panah Merah.

“Petani perlu bukti, inilah bukti yang bisa kami berikan. Semoga nantinya bisa lebih banyak petani yang menanam melon DAVINA F1, karena hasilnya nyata,” ungkap Glenn dalam keterangan tertulis, Jumat, (18/72025).

Perwakilan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Sri Widayati menyampaikan bahwa ini kali pertama pihaknya menerima pengajuan rekor pada kategori panen melon dengan jumlah peserta atau petani terbanyak.

“MURI berkesempatan hadir langsung di Kabupaten Nganjuk untuk menyaksikan sebuah kegiatan yang luar biasa yaitu panen melon secara serentak oleh lebih dari seribu petani, tepat saat buah telah mencapai usia panen. Hal ini merupakan peristiwa yang sangat Istimewa dan layak dianugerahi Rekor MURI,” ujar Wida.

Peluang Pertumbuhan Produksi Melon di Nganjuk

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Rudy Prasetya menyebut Jawa Timur sebagai pusat penghasil melon di Indonesia, yaitu sebanyak 42% dari total produksi melon nasional. Selain itu, potensi Kabupaten Nganjuk juga masih memiliki ruang besar untuk dikembangkan

“Saat ini, Nganjuk baru menyumbang sekitar 2 persen terhadap produksi melon nasional. Namun, peluang peningkatannya sangat terbuka, terutama dengan dukungan benih unggul seperti DAVINA F1 dari Cap Panah Merah,” jelasnya.

Menanggapi pernyataan Rudy terkait potensi peningkatan produksi melon di Nganjuk, Glenn menegaskan bahwa Jawa Timur memiliki prospek besar untuk pengembangan melon DAVINA F1 secara luas.

“Kami sudah kembangkan itu mulai ujung barat hingga timur di Banyuwangi dan semua memiliki potensi yang luar biasa,” katanya.

Ia juga menyampaikan pihaknya telah menyiapkan tim pendamping untuk mendukung para petani dalam meningkatkan produktivitas.

“Kami menargetkan hasil panen bisa mencapai 45 ton per hektare,” tambahnya.

Glenn menyebut DAVINA F1 memiliki segudang keunggulan dibandingkan varietas lainnya diantaranya, ketahanan tinggi terhadap serangan virus yang sering menyerang melon lokal, masa panen yang lebih singkat (sekitar 55 hari setelah tanam), serta cocok untuk sistem tanam intensif. Selain itu, buahnya dikenal kuat, tahan lama dalam penyimpanan, dan sesuai dengan kebutuhan pasar modern.

Salah satu petani dari Nganjuk, Suharyadi mengungkapkan dirinya telah menanam melon DAVINA F1 selama setahun terakhir dan hasil yang diperoleh sangat memuaskan.

“Dalam waktu sekitar 60 hari sejak pindah tanam, tanaman sudah bisa dipanen. Jadi dalam setahun, kami bisa panen sebanyak tiga kali.” ujarnya.

Sebagai informasi, panen melon DAVINA F1 menjadi bukti bahwa pertanian bukan hanya soal hasil, tetapi juga tentang harapan dan kolaborasi yang tumbuh antara petani, praktisi, dan produsen benih. Ribuan petani yang hadir menunjukkan bahwa budidaya melon bisa menjadi lebih kuat dan menjanjikan.

EWINDO melalui Cap Panah Merah turut mengambil peran dalam mendukung pertanian berkelanjutan, salah satunya lewat edukasi dan penyediaan benih berkualitas. Inisiatif ini juga diperkuat melalui media sosial dengan tagar #carabisapanenmakmur dan #panenmakmur.

Kunjungi https://info.panahmerah.id/ untuk informasi lebih lanjut tentang DAVINA F1 dan produk-produk Cap Panah Merah lainnya.

Lihat juga Video: Warga Gresik Ubah Lahan Gersang jadi Wisata Petik Melon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *