Ribuan Agen Korut Coba ‘Bobol’ Amazon, Punya Misi Tersembunyi

Posted on

Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), Amazon, telah memblokir lebih dari 1.800 pengajuan lamaran pekerjaan dari agen yang diduga berasal dari Korea Utara (Korut). Para pelaku diketahui melamar pekerjaan jarak jauh dengan menggunakan identitas palsu.

Kepala Keamanan Amazon, Stephen Schmidt, mengatakan tidak sedikit warga Korea Utara mencoba melamar pekerjaan jarak jauh atau remote di bidang IT menggunakan identitas curian alias palsu.

“Tujuan mereka biasanya sederhana, diterima bekerja, dibayar, dan menyalurkan upah kembali untuk mendanai program senjata rezim,” ujar Schmidt dalam sebuah unggahan di LinkedIn, dikutip dari BBC, Sabtu (27/12/2025).

Menurutnya, tren ini kemungkinan terjadi dalam skala besar di seluruh industri, terutama di AS. Pihak berwenang di AS dan Korea Selatan telah memperingatkan tentang agen-agen Pyongyang yang melakukan penipuan daring.

Dalam unggahannya, Schmidt mengatakan, Amazon telah mencatat peningkatan hampir sepertiga dalam lamaran pekerjaan dari warga Korea Utara dalam setahun terakhir.

Ia juga bilang, para agen tersebut biasanya bekerja sama dengan pengelola ‘laptop farm’. Istilah laptop farm sendiri mengacu pada komputer yang secara fisik berada di Amerika Serikat, namun dioperasikan jarak jauh dari luar negeri.

Untuk menyaring lamaran kerja, Amazon menggunakan kombinasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan verifikasi manual oleh karyawan perusahaan. Namun demikian, strategi yang digunakan para pelaku penipuan juga semakin canggih.

Para pelaku kejahatan membajak akun LinkedIn yang tidak aktif dengan memanfaatkan data kredensial yang bocor guna memperoleh verifikasi. Para pelaku juga menargetkan insinyur perangkat lunak asli agar terlihat lebih kredibel.

Schmidt mengimbau kepada perusahaan-perusahaan untuk melaporkan lamaran kerja mencurigakan kepada pihak berwenang. Ia juga memperingatkan pemberi kerja agar mewaspadai sejumlah indikator penipuan, seperti format nomor telepon yang tidak sesuai dan riwayat pendidikan yang tidak konsisten.

Sebagai informasi, pada Juni lalu, pemerintah AS membongkar 29 aktivitas ‘laptop farm’ yang dioperasikan secara ilegal di berbagai wilayah negara tersebut oleh pekerja TI asal Korea Utara.

Departemen Kehakiman AS (DOJ) menyebut, para pelaku menggunakan identitas warga Amerika yang dicuri atau dipalsukan untuk membantu warga Korea Utara memperoleh pekerjaan di AS. DOJ juga telah mendakwa sejumlah perantara asal AS yang membantu mencarikan pekerjaan bagi para operator tersebut.

Pada Juli, seorang perempuan asal Arizona dijatuhi hukuman lebih dari delapan tahun penjara karena menjalankan laptop farm. Ia membantu pekerja TI Korea Utara mendapatkan pekerjaan jarak jauh di lebih dari 300 perusahaan AS.

DOJ menyatakan skema tersebut menghasilkan lebih dari US$ 17 juta atau sekitar £12,6 juta dalam keuntungan ilegal bagi pelaku dan pemerintah Korea Utara.