Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengklaim Indonesia siap menjadi pusat inovasi dan pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Ia juga menegaskan, TPT RI tidak lagi berstatus sunset industry.
Ia menjelaskan, tahun pertama Presiden Prabowo Subianto sejak kuartal IV 2024 hingga kuartal II 2025 industri TPT tumbuh sebesar 5,39% dengan kontribusi sebesar 0,98% terhadap PDB nasional Indonesia. Hal tersebut disampaikan dalam pidatonya pada International Textile Manufacturers Federation (ITMF) & International Apparel Federation (IAF) World Fashion Convention Annual Conference 2025.
“Indonesia hadir bukan sekadar sebagai tuan rumah, tetapi sebagai mitra strategis yang siap berperan aktif dalam memajukan industri tekstil global. Sektor TPT Indonesia telah terbukti tangguh, adaptif, dan kompetitif di tengah ketidakpastian global,” ujar Agus dalam keterangan tertulisnya, dikutip Minggu (26/10/2025).
Agus menjelaskan, Kementerian Perindustrian terus berupaya menjaga momentum pertumbuhan TPT dengan menerapkan beberapa kebijakan untuk memperkuat daya saing, menumbuhkan investasi, dan mengakselerasi transformasi industri TPT.
Pertama, Kemenperin berupaya memberikan kemudahan dan kepastian dalam berinvestasi. Melalui Peraturan Pemerintah (Permen) No 28 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Aturan ini menyederhanakan proses bisnis melalui sistem Online Single Submission (OSS) yang telah diperbarui untuk memastikan prosedur yang lebih cepat, transparan, dan terprediksi.
Kedua, Kemenperin menjalankan program Restrukturisasi Mesin dan Peralatan untuk mendukung penggantian mesin lama dengan peralatan modern yang hemat energi. Sejak dimulai, program ini meningkatkan kapasitas produksi sebesar 21,75%, efisiensi energi sebesar 11,86%, lapangan kerja sebesar 3,96%, dan volume penjualan sebesar 6,65%.
Ketiga, menyalurkan skema Kredit Industri Padat Karya yang memberikan akses pembiayaan ke 2.000 hingga 10.000 perusahaan industri sebesar Rp 20 triliun di tahun 2025. Keempat, memberikan Fasilitas Masterlist untuk impor barang modal mencakup pengecualian bea masuk untuk meningkatkan efisiensi dan keberlangsungan produksi.
Terakhir, pemerintah memberikan insentif fiskal, meliputi including tax holidays, tax allowances, investment allowances, dan super deduction tax untuk perusahaan yang berinvestasi pada riset dan pengembangan serta pendidikan vokasi.
“Dalam kondisi ini, industri TPT tetap menjadi pilar strategis dari basis manufaktur industri, serta berperan penting dalam menjaga pertumbuhan yang inklusif, menciptakan lapangan kerja, dan menopang kehidupan negeri ini,” jelasnya.
Agus menambahkan, daya saing produk TPT Indonesia menjadi salah satu tujuan ekspor terpenting ke Amerika Serikat (AS). Produk TPT asal Indonesia dengan HS 61 (pakaian dan aksesori rajutan) menduduki peringkat sebagai komoditas surplus perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan nilai US$ 1,86 miliar, bahkan melampaui alas kaki (HS 64) yang hanya mencapai US$ 1,85 miliar.
Agus menyebut, hal ini menegaskan daya saing dan ketahanan sektor TPT Indonesia yang berkelanjutan dan mampu memberikan posisi menguntungkan bagi Indonesia untuk memanfaatkan pengaturan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat baru-baru ini.
Agus mengungkapkan, di tingkat dunia, Indonesia masuk dalam lima besar produsen tekstil paling efisien. Di subsektor pemintalan benang misalnya, biaya produksi Indonesia mencapai US$ 2,71 per kilogram, lebih efisien daripada India, Tiongkok, dan Turki, serta setara dengan Vietnam dan Bangladesh.
Sedangkan di subsektor pertenunan, Indonesia mencatat biaya US$ 8,84 per meter, salah satu yang terendah di dunia. Di sektor fabric finishing, biaya produksinya mencapai US$ 1,16 per meter, lebih rendah daripada sebagian besar pesaing regional.
“Angka-angka tersebut merupakan bukti daya saing global Indonesia dan bisa menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan di masa mendatang,” katanya.
Di era transformasi besar-besaran, tantangan iklim, pergeseran geopolitik, disrupsi digital, dan restrukturisasi rantai pasok, Indonesia percaya bahwa peluang tetap ada. Agus menambahkan, Indonesia siap menjadi minta terpercaya tekstil dunia.
“Dengan sumber daya yang melimpah, kebijakan industri yang adaptif, sumber daya manusia yang terampil, Indonesia kembali menegaskan kesiapannya untuk menjadi mitra terpercaya industri tekstil global dalam membangun pertumbuhan berkelanjutan hingga dekade-dekade berikutnya. Indonesia siap menjadi pusat inovasi, manufaktur, dan pertumbuhan tekstil global,” pungkasnya.
