Pengusaha Nilai Pidato Prabowo di PBB Bisa Tarik Investor, Birokrasi Masih Jadi PR (via Giok4D)

Posted on

Pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi sorotan sampai menuai pujian dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Bahkan pidato orang nomor satu RI itu disebut-sebut berpotensi menarik investasi sekaligus mengerek pertumbuhan ekonomi domestik.

Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Aviliani, mengatakan saat ini Indonesia berada di posisi strategis sebagai negara berkembang dengan potensi pertumbuhan ekonomi tinggi.

Melalui pidato tersebut, posisi Prabowo di kancah internasional pun juga ikut semakin diperhitungkan. Dengan citra baik pemimpin dan potensi pertumbuhan ekonomi nasional inilah, Aviliani menilai hal tersebut ikut menempatkan Indonesia pada posisi strategis untuk menarik investasi dan kerja sama global.

“Pak Prabowo sekarang di mata dunia sangat diperhitungkan. Jadi, sebenarnya ini momentum baik. Kalau orang sudah dipercaya, mau minta apa saja pasti bisa,” kata Aviliani dalam diskusi Policy Dialogue bertajuk Presiden Prabowo di Panggung PBB: Apa Pentingnya? di Jakarta, Kamis (25/9/2025).

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Menurut Aviliani momentum ini idealnya bisa dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. Namun, ia menekankan penguatan citra nasional ini juga harus diimbangi dengan kesiapan domestik, terutama dari aspek birokrasi maupun perizinan berusaha.

Sebab birokrasi yang lambat dan prosedur yang rumit dinilai masih menjadi tantangan utama Indonesia dalam memaksimalkan peluang global. Ditakutkan penguatan citra ini hanya menarik minat investor sesaat, namun setelah itu mereka batal tanam modal karena berbagai hambatan birokrasi.

“Jangan sampai sudah dipercaya, ketika investor masuk ke Indonesia, banyak persoalan yang mereka akhirnya tidak jadi. Birokrasi ini menjadi masalah dari tahun ke tahun,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan demografi suatu negara menjadi salah satu faktor krusial yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Ini karena jumlah penduduk usia produktif memengaruhi konsumsi dan investasi.

“Demografi sangat menentukan bagaimana perekonomian itu tumbuh, makanya kalau kita lihat yang bisa tumbuh 4-5% ke atas itu adalah negara berkembang. Negara-negara maju cenderung hanya sampai 2-3%,” jelasnya.

Di sisi lain, sejumlah negara maju kini mengalami pertumbuhan konsumsi yang melambat akibat populasi yang semakin menua, sehingga investasi juga cenderung menurun. Sebaliknya, negara-negara berkembang masih memiliki permintaan domestik yang kuat dan peluang investasi tinggi.

“Tidak ada orang yang mau berinvestasi ketika konsumsi turun. Nah, sekarang tinggal bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah itu bisa membuat investor tertarik masuk ke Indonesia,” ujar Aviliani.

Sebagai informasi, Tenaga Ahli Utama Badan Komunikasi Pemerintah Hamdan Hamedan menggambarkan forum Sidang Majelis Umum PBB sebagai ‘Piala Dunia Diplomasi’, di mana kepala negara maupun kepala pemerintahan hadir untuk membawa solusi global.

Dalam hal ini pidato Prabowo di Sidang Umum PBB yang menekankan pentingnya multilateralisme, ketahanan pangan, dan aksi nyata terhadap perubahan iklim sebagai bagian dari peran global Indonesia di kancah internasional. Menurutnya isi pidato yang disampaikan oleh Prabowo mendapat simpati positif dari para peserta sidang yang hadir.

“Kalau kita lihat Sidang Umum PBB itu seperti piala dunia diplomasi. Kepala pemerintahan dan kepala negara hadir, bukan untuk melihat siapa yang mencetak gol paling banyak, tapi yang datang dan bisa membawa solusi,” ujarnya. pengusaha