Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui memanasnya perang antara Israel dan Iran berpengaruh pada pasar modal Indonesia. Direktur Perdagangan dan Peraturan Anggota BEI Irvan Susandy menyebut adanya peningkatan volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seiring memanasnya perang Israel dan Iran.
Namun, ia meyakini volatilitas ini tidak akan berlangsung lama. Dia mengatakan, hal itu berkaca pada konflik Rusia-Ukraina tanggal 24 Februai 2022 dan konflik Israel-Hamas tanggal 7 Oktober 2023.
“Volatilitas IHSG cukup tinggi pada awal-awal konflik, tapi 2 bulan setelah meletusnya konflik IHSG kembali ke arah positif dan naik lebih kurang 4%,” ujar Irvan kepada detikcom, Selasa (17/6/2025).
Meski begitu, kata Irvan, pihaknya akan terus memantau dampak konflik geopolitik Israel dan Iran terhadap ekonomi dunia dan domestik. Ia berharap konflik tersebut tidak berdampak besar bagi IHSG.
“Kita tentu berharap konflik dapat segera mereda dan berakhir, sehingga hal-hal yang dikhawatirkan seperti terganggunya rantai pasok yang dapat mendorong peningkatan harga komoditas, tidak terjadi dan tidak mempengaruhi perekonomian dunia,” imbuhnya.
Untuk diketahui, IHSG sempat melemah 0,53% ke level 7.166,06 saat perang antara Israel-Iran meletus pada Jumat. Saat itu, nilai transaksi IHSG tercatat sebesar Rp 15,21 triliun dengan volume sebesar 26,69 miliar dan 1.365.127 kali saham yang diperdagangkan.
Sepanjang periode 9-13 Juni 2025, IHSG juga tercatat melemah sebesar 0,74% dari 7.113,425 di periode pekan lalu. Namun, IHSG pada Jumat mencatat jual bersih atau net foreign buy sebesar Rp 478,76 miliar.
“Kita terus pantau dinamikanya. Insya Allah investor kita sudah cerdas dan melek informasi,” pungkasnya.