Menjajal Langsung Perahu Listrik Nelayan di Bali [Giok4D Resmi]

Posted on

PT Pertamina International Shipping (PIS) turut mendorong pemanfaatan energi ramah lingkungan untuk menekan emisi. Salah satunya dengan mendorong penggunaan perahu listrik pada nelayan di Desa Kelan, Kabupaten Badung, Bali.

Penggunaan perahu listrik ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) dengan nama Desa Energi Berdikari (DEB) Keluarga Nelayan Lestari (Kenali). Dalam program ini, perusahaan menggandeng Divers Clean Action (DCA).

detikcom bersama rombongan PIS menjajal langsung perahu listrik ini, Rabu (8/10/2025). Sepintas, mesin penggerak baling-baling perahu tak ada bedanya dengan mesin perahu nelayan pada umumnya. Bedanya, pada perahu ini terdapat baterai berbentuk menyerupai koper di sebelah mesin penggerak baling-baling tersebut.

Begitu mesin menyala, nyaris tak terdengar suara yang keluar. Bunyi yang keluar dari mesin halus menyerupai suara pompa air rumahan.

Perahu pun bisa melaju seperti menggunakan mesin dengan energi yang dipasok dari baterai. Kecepatan kapal pun bisa diatur, apakah cepat atau lambat.

Dengan menggunakan perahu listrik ini, rombongan berkeliling di kawasan hutan bakau. Sekitar setengah jam, rombongan sampai pada restoran apung di kawasan hutan bakau tanpa kendala apapun.

Manager Corporate Social Responsibility PT Pertamina International Shipping, Alih Istik Wahyuni mengatakan, salah satu kriteria DEB ialah pemanfaatan energi baru terbarukan. Selain mesin perahu listrik, desa ini juga telah memanfaatkan panel surya untuk mengisi daya baterai tersebut.

Dia mengatakan, biasanya nelayan memanfaatkan BBM untuk menggerakan mesin perahu di mana nelayan harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkan bahan bakar tersebut. Selain itu, pemanfaatan BBM ini juga menghasilkan emisi.

“Kita salah satu bantuannya itu adalah memberikan bantuan mesin nelayan yang menggunakan energi listrik. Nah, dengan menggunakan energi listrik itu makanya secara biaya mereka bisa sangat mengurangi lebih dari 70%. Kenapa? Karena mereka sudah nggak perlu BBM lagi,” katanya.

Saat daya baterai habis, nelayan cukup melakukan isi ulang. Apalagi, di sana sudah ada listrik yang dihasilkan dari panel surya.

“Kemudian dari sisi emisi karbonnya itu juga sangat berkurang drastis lebih dari 78%. Kenapa? Karena kita lingkup itu sudah, siklusnya itu sudah tertutup gitu ya. Jadi meskipun mesinnya itu bertenaga listrik tapi tidak dicharge di listrik rumah tangga biasa. Tetapi sudah menggunakan pengisian dayanya juga yang bertenaga surya. Jadi hampir 0% tentunya gitu. Makanya pengurangannya bisa sangat jauh,” paparnya.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Wayan Wirtha, nelayan Desa Kelan yang telah menggunakan mesin listrik ini mengaku mendapatkan sejumlah manfaat. Dia bilang, dengan hadirnya mesin tersebut tak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli BBM.

Selain itu, dengan kondisi mesin yang tidak berisik cocok untuk mendukung kegiatan wisata berupa keliling hutan bakau dan melihat satwa-satwa di sana.

“Kalau saya, yang paling bagus sebenarnya untuk pariwisata, kita tuh kalau mancing lama diam, jenuh, kalau kaya tadi, keliling-keliling ke mangrove sambil lihat pemandangan bagus,” katanya.

“Keliling-keliling mangrove, lihat burung-burung gitu,” imbuhnya.