Mengintip Isi Tambang Emas di Perut Bumi Tujuh Bukit Banyuwangi

Posted on

Di kawasan Bukit Tujuh, Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur tersimpan harta karun berharga yakni emas dan tembaga. Untuk bisa memanfaatkan sumber daya alam ini, berdiri fasilitas pertambangan yang dikelola oleh anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yakni PT Bumi Suksesindo (PT BSI).

Dalam satu kesempatan, detikcom berkunjung dan masuk ke dalam kawasan pertambangan yang sudah beroperasi sejak 2012 itu. Di kawasan itu awak media dapat melihat lebih dekat area tambang yang selama ini memang sulit diakses oleh masyarakat umum.

Perjalanan dimulai saat awak media meninggalkan Hotel Kokoon Banyuwangi, Sabtu (8/11/2025), bergerak menuju arah selatan ujung Jawa Timur itu menggunakan mobil. Di lagi hari saat jalan masih cukup lenggang, mobil bergerak meninggalkan pusat kota dan perlahan memasuki wilayah perdesaan.

Sesekali jalanan terasa mulai menanjak mengikuti kontur perbukitan. Tak jarang di sisi-sisi jalan terlihat perkebunan dan sawah sebelum bertemu dengan rumah-rumah warga setempat. Pagi itu, perjalanan berlangsung kurang lebih selama dua jam di antara permukiman warga setempat.

Karena lokasi tambang yang sangat berdekatan dengan permukiman, tanpa disadari setelah melewati rumah-rumah warga rombongan tiba di gerbang utama Tambang Emas Tujuh Bukit. Setibanya di sana, prosedur standar menunggu setiap pengunjung, yakni menukar identitas diri dengan kartu tamu.

Setelah itu pengunjung diarahkan masuk ke auditorium yang berada sangat dekat dengan gerbang utama. Di dalam ruangan itu, para pengunjung mendapatkan briefing keselamatan, jalur evakuasi, identifikasi risiko, dan berbagai aturan saat memasuki area operasi dijelaskan secara rinci.

Tak lupa pengunjung juga harus mengenakan helm, kacamata pelindung, rompi, dan sepatu boot sebelum memulai penelusuran lapangan di area tambang. Tentu penelusuran ini tidak boleh dilakukan tanpa pendampingan petugas terkait.

Selain itu, penelusuran juga tidak dilakukan dengan berjalan kaki. Bukan hanya karena kawasan tambang itu sangat luas dan akan sangat melelahkan untuk ditelusuri, namun juga karena alasan keselamatan. Sebab di sekitar area tambang banyak kendaraan dan alat berat lalu-lalang.

Salah satunya ada truk pengangkut dengan kapasitas 100 ton yang tingginya kurang lebih setara dengan bangunan dua lantai. Sehingga berjalan kaki di sekitar tambang akan sangat berbahaya karena pengunjung sulit terlihat dari kendaraan-kendaraan raksasa itu.

Karenanya perjalan di area tambang untuk pengunjung hanya bisa dilakukan dengan kendaraan besar yang saat menepi di samping bangunan auditorium, tinggi ‘bus penumpang’ khusus ini setara dengan tinggi atap bangunan. Kendaraan ini terlihat sangat kokoh dengan ban bergerigi kurang lebih setinggi pundak orang dewasa.

Demi alasan keselamatan, penumpang juga diwajibkan untuk selalu mengenakan sabuk pengaman dan dilarang untuk berdiri dengan alasan apapun. Sebab jalan-jalan di area tambang ini hanya ada tanah merah yang rata dengan roda-roda kendaraan yang melintas setiap hari.

Di dalam kendaraan itu, detikcom hanya bisa melihat lahan-lahan datar dengan kontur meningkat seperti tangga dari balik jendela yang kotor karena debu tambang. Sampai akhirnya pada ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut (Mdpl), ‘kuda besi raksasa’ itu berhenti di titik pandang yang menampilkan area tambang dari sudut lebih luas.

Namun jika dilihat dari atas, lokasi tambang tempat pekerja BSI beraktivitas terlihat sangat sangat jauh. Hal ini memang sengaja dilakukan karena lokasi tempat pekerja tambang beraktivitas tidak boleh sembarangan dikunjungi, sehingga mereka yang datang hanya bisa melihat dari jauh.

Dari titik pandang itu, area pertambangan terlihat seperti tanah datar dengan kontur sedikit cekung ke bawah dengan bentuk seperti anak tangga. Sesekali terlihat ada truk pengangkut melintas, yang dari jauh jadi terlihat sangat kecil meski aslinya berukuran seperti bangunan dua lantai.

Di sisi lain karena posisi tambang yang sangat berdekatan dengan laut, di depan area Tambang Emas Tujuh Bukit terhampar laut biru. Jika tidak diberitahu jika kawasan itu merupakan area operasional tambang, banyak pengunjung mungkin tidak akan menyadarinya.

Dari sana, perjalanan kemudian berlanjut hingga kendaraan tiba-tiba terhenti di depan terowongan. Terowongan ini merupakan satu-satunya akses menuju tambang tembaga bawah tanah (underground) yang belum beroperasi. Sebab kawasan tambang ini masih dalam tahap evaluasi, sehingga belum ada aktivitas pertambangan.

Pengunjung juga dilarang untuk mendekat atau memasuki terowongan itu, sebab berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) kawasan tambang bawah tanah itu hanya boleh dimasuki dengan kendaraan khusus. Namun kendaraan itu sedang tidak tersedia untuk digunakan oleh pengunjung.

Selain itu, dari luar terowongan ini terlihat sangat gelap tanpa ada pencahayaan apapun di dalam. Dikatakan terowongan ini memiliki panjang hingga 1,8 kilometer yang menjorok ke bawah, di mana titik terendah terowongan yang berada di ujung sudah 80 meter di bawah permukaan laut.

Karena kondisi cuaca yang langsung hujan, pengunjung segera diminta untuk kembali masuk ke dalam kendaraan, dan kemudian menyelesaikan perjalanan dengan berjalan ke gedung auditorium.

Secara keseluruhan, bagi pengunjung biasa alias mereka yang tidak bekerja di tambang, area yang bisa dimasuki sangatlah terbatas demi keamanan bersama. Sebab tambang ini beroperasi 24/7 tanpa henti. Sehingga meski detikcom berhasil masuk ke dalam kawasan tambang, namun pengamatan hanya bisa dilakukan dari jauh.