Masih Banyak Tantangan, Transisi Energi di RI Juga Harus Fleksibel

Posted on

Penggunaan tenaga surya dan angin dalam sistem kelistrikan Indonesia semakin meluas. Namun masih ada tantangan baru, yaitu menurunnya inersia sistem yang bisa mempengaruhi keandalan jaringan.

Sales Director Business Development Wärtsilä Indonesia mengungkapkan transisi energi di Indonesia harus didorong berbagai pihak.

Wärtsilä Energy berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), hari ini menyelenggarakan Workshop Stabilitas Sistem Kelistrikan Indonesia.

Acara ini mempertemukan para profesional energi, akademisi, dan mahasiswa teknik elektro dan informatika untuk membahas solusi menjaga stabilitas jaringan listrik di tengah peningkatan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.

Workshop ini menghadirkan pendekatan praktis untuk mengatasi tantangan tersebut, terutama dengan pemanfaatan pembangkit listrik berbasis mesin pembakaran dalam (internal combustion engine/ICE) sebagai solusi fleksibel dan andal.

“Workshop perdana ini dirancang untuk memperdalam pemahaman mengenai bagaimana teknologi seperti ICE dapat menyeimbangkan sistem kelistrikan di tengah pertumbuhan energi terbarukan,” ujar Febron dalam siaran pers, Rabu (7/5/2025).

Transisi energi Indonesia menuju net-zero membutuhkan teknologi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga fleksibel. “Banyak pembangkit ICE yang saat ini beroperasi sebagai baseload, sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai penyeimbang energi terbarukan seperti surya dan angin,” tambah Febron.

Menurut dia ini adalah langkah penting menuju sistem listrik yang lebih tangguh dan efisien. “Kami ingin generasi muda tidak hanya menjadi pengamat, tetapi menjadi pemimpin dalam transformasi energi Indonesia. Tantangannya nyata, tapi peluang untuk menciptakan masa depan energi yang lebih cerdas dan bersih juga sangat besar,” ujar Febron.

Ketua Laboratorium Sistem Tenaga dan Dinamika Jaringan, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), ITB Nanang Hariyanto menegaskan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan industri.

Nanang menjelaskan ITB memainkan peran penting dalam sektor kelistrikan Indonesia melalui penelitian, pendidikan, pemodelan sistem kelistrikan, dan pengembangan energi terbarukan untuk dekarbonisasi. Pihaknya mengaku senang dapat berkolaborasi dengan Wärtsilä, pemimpin global dalam teknologi inovatif dan solusi lifecycle untuk pasar kelautan dan energi, yang menekankan inovasi dalam teknologi dan layanan berkelanjutan.

“Lokakarya ini menghubungkan teori dengan aplikasi di dunia nyata, mempersiapkan generasi insinyur di masa depan untuk memastikan stabilitas dan keandalan sistem kelistrikan Indonesia. Selama transisi ini, daya penyeimbang yang lebih fleksibel dan terukur akan dibutuhkan untuk menjaga keamanan pasokan energi,” ujar dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *