Krakatau Steel Bidik Ekspor Baja ke Negara BRICS

Posted on

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membidik pasar global melalui hubungan bilateral Indonesia dengan BRICS. Krakatau Steel telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT Dexin Steel Indonesia dan perusahaan asal China, Xiamen ITG Group Co Ltd, dalam acara BRICS Innovation Base Industry Project Matchmaking Meeting di Beijing, Sabtu (28/6).

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel, Daniel Fitzgerald Liman menjelaskan kerja sama Indonesia dan BRICS membuka peluang bagi perseroan untuk masuk ke industri baja global. Perseroan mengaku akan terus memaksimalkan potensi tersebut.

“Perseroan juga akan memanfaatkan semaksimal mungkin peluang yang didapatkan dengan bergabungnya Indonesia dengan BRICS, termasuk peluang kerja sama pengembangan industri baja dan penyediaan bahan baku,” ungkap Daniel dalam acara Public Expose virtual, Jumat (11/7/2025).

Di samping itu, fokus Krakatau Steel pada 2025 untuk memulihkan fasilitas produksi hot strip mill. Saat ini, proses recovery ini telah memasuki proses ramp-up yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Fasilitas produksi Krakatau Steel juga telah diuji secara equipment availability dan product result untuk memastikan kualitas produksi. Berdasarkan hasil uji tersebut, fasilitas produksi Krakatau Steel siap untuk beroperasi.

“Dengan result seperti itu menunjukkan bahwa performance kinerja kita untuk pabrik itu sudah siap untuk berproduksi sebagaimana kemampuan dan kapasitasnya sebelum kejadian kahar. Rasanya dengan adanya kapasitas dan kapabilitas yang sudah sesuai dengan sebelum kahar itu, maka ini merupakan landasan yang kuat untuk kita bisa meningkatkan penjualan kita sekarang dan ke depan,” jelas Direktur Infrastruktur dan Operasi Krakatau Steel, Utomo Nugroho.

Sepanjang semester I-2025, Krakatau Steel berhasil memproduksi baja 231 ribu ton atau sekitar 86% dari capaian perseroan. Capaian ini juga menunjukkan kesiapan perseroan untuk memenuhi kebutuhan baja.

“Kita siap untuk memasok baja-baja baik itu untuk keperluan infrastruktur, untuk tadi itu oil and gas industries, manufaktur maupun konstruksi,” pungkasnya.

Simak juga Video: Ancaman Tambahan Tarif 10% dari Trump untuk Anggota BRICS