Ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS) mulai mereda setelah pertemuan pemimpin kedua negara di Korea Selatan pada Kamis lalu. Namun, situasi ini kontras dengan hubungan dingin antara Washington dan New Delhi, yang kini justru memburuk.
India bahkan dikenakan tarif impor AS yang lebih tinggi dibandingkan China. Para analis menilai hubungan strategis AS–India yang dibangun selama dua dekade terakhir kini mengalami kemunduran besar.
Dikutip dari CNBC, Selasa (4/11/2025), Atman Trivedi, mitra di DGA–Albright Stonebridge Group, mengatakan kepercayaan antara kedua negara bisa butuh waktu bertahun-tahun untuk dipulihkan.
Sejumlah faktor memperburuk hubungan kedua negara, mulai dari tarif dagang tinggi, biaya visa H1B sebesar US$ 100.000, hingga klaim berulang Presiden Donald Trump bahwa dirinya telah menengahi gencatan senjata antara India dan Pakistan.
“Presiden Trump tampak tidak melihat India sebagai mitra strategis untuk menyeimbangkan pengaruh China, seperti halnya para presiden sebelumnya,” ujar Raymond Vickery Jr. dari Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Vickery menjelaskan, sejak era Bill Clinton hingga masa awal Trump, kebijakan luar negeri AS cenderung memprioritaskan India yang demokratis dibandingkan China yang otoriter. Namun kini, pendekatan itu telah berubah dari strategi idealis menjadi transaksional.
Sementara itu, hubungan AS dan China justru mulai membaik. Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menyebut pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping sebagai pertemuan hebat bagi kedua negara dan yakin itu akan membawa perdamaian dan kesuksesan.
Tak lama setelah itu, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengumumkan bahwa kedua negara sepakat membuka jalur komunikasi militer-ke-militer untuk mencegah konflik dan meredakan ketegangan.
Pertemuan di Korea Selatan menghasilkan gencatan dagang di mana Washington menurunkan tarif impor atas produk China dari 20% menjadi 10%, sehingga total tarif turun menjadi sekitar 47%. Kini, China membayar tarif yang lebih rendah daripada India.
Pada Agustus lalu, AS memberlakukan tarif 50% untuk produk India, termasuk bea tambahan 25% atas pembelian minyak dari Rusia. India menyebut kebijakan itu tidak adil, tidak berdasar, dan berlebihan, sementara Trump menuding hubungan dagang kedua negara sebagai bencana sepihak.
Dalam kunjungannya ke Asia pekan lalu, Trump juga mengaku mengancam India dan Pakistan dengan tarif 250% jika keduanya tidak menghentikan ketegangan.
Ancaman itu muncul setelah serangan militan di wilayah Kashmir yang dikuasai India pada April lalu menewaskan 26 warga sipil, memicu serangan balasan militer India terhadap Pakistan dan perang singkat selama empat hari yang nyaris berkembang menjadi konflik besar.
Tonton juga video “Warga Setuju Tarif Transjakarta Naik, Asal…”
