PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 197% hingga kuartal III 2025 menjadi Rp 6,61 triliun dari Rp 2,23 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba bersih tersebut sejalan dengan pertumbuhan EBITDA perseroan yang naik 137% menjadi Rp 9,33 triliun hingga September 2025.
Dari sisi pendapatan, Antam ditopang oleh penjualan komoditas emas, nikel dan bauksit dengan kontribusi total sebesar Rp 72,03 triliun atau naik 67% dari Rp 43,20 triliun pada periode yang sama di tahun 2024. Untuk penjualan domestik, Antam mencatat kontribusi sebesar sebesar Rp 69,31 triliun atau sekitar 96% dari total penjualan bersih ANTAM hingga kuartal III 2025.
Penjualan emas Antam hingga kuartal III 2025 berkontribusi sekitar 81% terhadap total penjualan dengan peningkatan hingga 64% dengan nilai Rp 58,67 triliun dari Rp 35,70 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian ini didukung oleh peningkatan harga emas yang dipengaruhi dinamika geoekonomi dan geopolitik global.
Pangsa pasar domestik berkontribusi pada penjualan emas Antam sebesar 20% atau mencapai 34.164 kg hingga September 2025, naik dibanding capaian penjualan di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 28.567 kg. Sementara produksi emas dari tambang perusahaan tercatat mencapai 590 kg.
Adapun saat ini, harga emas Antam 24 karat tengah mengalami koreksi sebesar Rp 45.000 per gram menjadi Rp 2.282.000 per gram. Namun, angka tersebut masih tercatat tumbuh jika dilihat pada perdagangan sebulan terakhir, di mana harga emas Antam bergerak naik dari Rp 2.198.000.
Kemudian laba kotor Antam naik 168% menjadi Rp 10,98 triliun dari Rp 4,10 triliun di periode kuartal III tahun sebelumnya. Sementara untuk laba usaha, tercatat tumbuh 323% menjadi Rp 7,89 triliun dari Rp 1,86 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Antam juga berhasil menurunkan beban keuangan hingga kuartal III 2025 sebesar 41% menjadi Rp 103,68 miliar dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 176,49 miliar. Penurunan beban usaha ini sejalan dengan upaya menekan interest bearing debt di tahun 2025 sebagai bagian dari program efisiensi Antam.
Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, menyebut capaian kinerja ini menjadi hasil dari kuatnya fundamental perseroan. Capaian ini juga merefleksikan efektivitas strategi pengelolaan biaya dan optimalisasi nilai tambah produk yang dijalankan Antam.
“Perusahaan tidak hanya berfokus pada peningkatan kinerja keuangan, tetapi juga pada penciptaan nilai jangka panjang melalui praktik pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. ANTAM terus berinovasi pada setiap aspek operasional, bisnis, dan sustainability guna menciptakan nilai tambah dan manfaat yang berkelanjutan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan,” ungkap Ardianto dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (28/10/2025).
Kemudian pada segmen nikel mencakup produk feronikel dan bijih nikel berkontribusi sebesar 15% atau Rp 11,15 triliun terhadap total penjualan Antam. Angka tersebut naik 83% dibanding kuartal III 2025 sebesar Rp 6,10 triliun.
Untuk produk bijih nikel sendiri, Antam mencatat peningkatan sebesar 72% menjadi 12,55 juta wet metric ton (wmt) dari capaian produksi di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,30 juta wmt.
Sementara untuk penjualan bijih nikel, tercatat tumbuh 97% menjadi 11,23 juta wmt dari capaian sebelumnya sebesar 5,71 juta wmt. Kemudian untuk produksi feronikel, Antam berhasil mencatat produksi dan penjualan feronikel masing-masing sebesar 13.309 ton nikel dalam feronikel (TNi) dan 8.182 TNi.
Untuk segmen bauksit dan alumina, tercatat kontribusi sebesar 3% terhadap total penjualan Antam dengan nilai mencapai Rp 1,95 triliun atau tumbuh 68% dibanding capaian periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 1,16 triliun.
Kemudian untuk volume produksi bauksit untuk bahan baku bijih pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) dan penjualan kepada pelanggan domestik mencapai sebesar 2,31 juta wmt, meningkat signifikan 263%.
Sementara itu, penjualan bauksit tercatat sebesar 1,10 juta wmt atau naik 1.033% dari capaian di periode yang tahun sebelumnya sebesar 97.430 wmt. Kemudian melalui anak usahanya, PT Indonesia Chemical Alumina, mencatat capaian produksi alumina sebesar 134.224 ton atau naik 27% dari 105.883 ton. Sementara, volume penjualan mencapai 134.768 ton alumina.
