ESDM Sebut Brasil hingga AS Pakai BBM Campur Etanol

Posted on

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan penggunaan etanol dalam produk Bahan Bakar Minyak (BBM) telah diterapkan di banyak negara. Sejumlah negara yang menggunakan kandungan etanol untuk campuran bensin di antaranya Amerika Serikat (AS) dan Brasil.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaiman mengatakan penggunaan etanol dalam produk BBM juga tidak mengganggu performa BBM. Menurutnya, penggunaan etanol malah membuat performa BBM tersebut bagus.

“Negara-negara yang punya industri hulunya etanol besar kaya Brasil gitu mereka sudah pakai. E-nya itu sudah di atas 20%. Jadi, nggak ada masalah sih sebenarnya,” katanya di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2025).

Laode menyebutkan Shell di Negeri Paman Sam juga menggunakan etanol pada BBM jenis bensin.”Kalau di Amerika aja Shell juga udah pake etanol. Di Amerika sendiri mereka bensinnya pake etanol. Saya bisa kasih lihat bukti-bukti itu,” katanya.

Berdasarkan keterangan resmi Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga mengatakan penggunaan etanol dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan best practice yang telah diterapkan secara internasional. Langkah ini sejalan dengan upaya global untuk menekan emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, sekaligus mendukung transisi energi yang berkelanjutan.

Penggunaan etanol dalam BBM terbukti menjadi standar di banyak negara, di antaranya Amerika Serikat (AS) melalui program Renewable Fuel Standard (RFS), telah mewajibkan pencampuran etanol ke dalam bensin dengan kadar umum E10 (10% etanol) dan E85 untuk kendaraan fleksibel.

Brasil menjadi pelopor penggunaan etanol berbasis tebu, dengan implementasi skala nasional hingga mencapai campuran E27 (27% etanol) pada bensin, sehingga membuat Brasil dikenal sebagai salah satu negara dengan kendaraan berbahan bakar etanol terbesar di dunia, dan masyarakatnya sudah terbiasa mengisi BBM dengan etanol sejak puluhan tahun lalu.

Uni Eropa juga mengadopsi campuran etanol dalam BBM melalui kebijakan Renewable Energy Directive (RED II), dengan target bauran energi terbarukan di sektor transportasi.Campuran E10 kini telah menjadi standar di banyak negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Inggris, sebagai standar untuk mengurangi polusi udara.

Asia mulai mengadopsi kebijakan serupa, dengan India mendorong program etanol blending hingga 20% (E20) pada 2030 sebagai bagian dari roadmap menuju transportasi rendah karbon serta mendukung petani tebu.

“Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global. Implementasi ini terbukti berhasil mengurangi emisi gas buang, menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil murni, serta mendukung peningkatan perekonomian masyarakat lokal melalui pemanfaatan bahan baku pertanian,” ujarnya.