Masyarakat kelas menengah kerap menjadi tolak ukur saat melihat kondisi ekonomi suatu wilayah. Sebab masyarakat kelas menengah ini umumnya dianggap sebagai tulang punggung ekonomi karena memiliki kontribusi yang signifikan terhadap konsumsi hingga investasi.
Seseorang yang masuk ke dalam golongan kelas menengah biasanya hidup cukup dengan penghasilan mereka. Namun, hal ini membuat mereka terbilang tidak kaya dan juga tidak miskin.
Namun untuk melihat apakah seseorang masuk kelas menengah tidak selamanya mudah karena perlu penyesuaian terhadap geografi, budaya, dan ekonomi setempat. Di luar itu, ada juga kelompok kelas menengah atas yang kondisinya sedikit lebih baik dari kelas menengah, namun sulit untuk dikatakan kaya.
Melansir situs resmi bursa efek Nasdaq, Sabtu (13/12/2025), pendiri Seniors Life Insurance Finder sekaligus pakar keuangan pribadi, Scott Allen, mengatakan batasan yang mendefinisikan klasifikasi kelas menengah dan menengah atas tersebut cukup samar.
Kelas menengah biasanya dicirikan oleh masyarakat dengan pendapatan yang stabil dan tingkat keamanan finansial di tingkatan tertentu. Mereka yang masuk dalam kelas ini cenderung sudah memiliki pendidikan layak, memiliki rumah atau tempat tinggal, dan asuransi kesehatan.
Sedikit lebih baik, terdapat Kelas menengah atas yang memiliki tingkat pendapatan dan kekayaan di atas kelas menengah. Mereka seringkali memiliki gelar yang lebih tinggi, rumah yang lebih besar, dan akses ke lebih banyak sumber daya dan peluang.
Nerikut ini tanda-tanda seseorang masuk ke dalam kelas menengah atau menengah atas:
1. Stabil Secara Finansial
Tidak hidup pas-pasan adalah ciri khas dari mereka yang lolos dari perjuangan hidup di kelas bawah dan menengah ke bawah. Bisa dikatakan kelas menengah dan menengah atas cenderung memiliki kehidupan layak tanpa banyak beban finansial.
“Kelompok menengah dan menengah atas cenderung memiliki tingkat stabilitas keuangan tertentu. Hal ini berarti memiliki penghasilan tetap yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, serta beberapa pengeluaran diskresioner untuk hal-hal yang tidak penting. Mereka juga cenderung memiliki tabungan atau investasi yang dapat diandalkan jika terjadi keadaan darurat,” kata Allen.
Namun yang menjadi pembeda antara kedua kelas ini adalah, kondisi keuangan kelas menengah biasanya hanya cukup untuk hidup layak serta memiliki tabungan dan investasi. Namun di luar itu, gaji atau uang yang mereka miliki habis begitu saja.
Sementara kelas menengah atas memiliki lebih banyak uang untuk ‘dihamburkan’. Mereka mungkin bisa berlibur setiap tahun, membeli kendaraan mewah, dan pensiun dini.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan pasca-sekolah menengah merupakan indikator penting lainnya dari pembagian kelas sosial. Meski ada banyak pengecualian, gelar sarjana kerap menjadi kunci untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
“Pendidikan sering dianggap sebagai faktor kunci dalam menentukan kelas sosial. Anggota kelas menengah dan menengah atas biasanya memiliki setidaknya gelar sarjana yang membuka lebih banyak peluang untuk mendapat perkerjaan bergaji lebih tinggi dan kemajuan secara karier,” jelasnya.
Untuk ciri-ciri perbedaan kelas menengah dan menengah atas yang satu ini memang sangat samar. Namun kelas menengah atas lebih mungkin memiliki gelar sarjana atau gelar lanjutan lainnya yang memberikan akses ke karier yang lebih elit, dengan gaji lebih tinggi dan otonomi profesional serta keamanan kerja yang lebih besar.
Kelas menengah atas juga lebih mungkin, terlebih saat dibandingkan anggota kelas menengah, untuk mampu membiayai kuliah anak-anak mereka dengan sedikit atau tanpa pinjaman mahasiswa.
3. Kepemilikan Rumah
Kepemilikan rumah sudah sejak lama menjadi salah satu ciri keamanan finansial. Terlebih saat memiliki tempat tinggal layak menjadi semakin sulit untuk diraih.
“Memiliki rumah sering dianggap sebagai tanda menjadi bagian dari kelas menengah atau menengah atas. Rumah tidak hanya memberikan stabilitas dan keamanan, tetapi juga memungkinkan individu membangun ekuitas dan berpotensi meningkatkan kekayaan mereka,” papar Allen.
Orang-orang di kelas menengah lebih cenderung hanya memiliki satu rumah atau properti. Tetapi anggota kelas menengah atas mungkin memiliki rumah kedua atau properti investasi serta tempat tinggal utama.
4. Akses Terhadap Layanan Kesehatan Berkualitas
Rumah tangga berpendapatan rendah cenderung memiliki akses ke perawatan medis yang sangat terbatas. Di Indonesia, mereka yang berada di kelas menengah bawah atau kelas bawah mungkin hanya bisa mengakses layanan BPJS Kesehatan.
Sementara untuk kelompok kelas menengah dan menengah atas biasanya memiliki asuransi kesehatan di luar BPJS, yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan layanan kesehatan lebih baik.
“Akses terhadap layanan kesehatan berkualitas merupakan indikator lain dari status kelas menengah atau menengah atas. Orang-orang ini lebih mungkin memiliki asuransi kesehatan yang dapat menanggung biaya perawatan medis dan mencegah beban finansial jika terjadi sakit atau cedera,” terangnya.
Meskipun kedua kelas tersebut kemungkinan besar memiliki asuransi dan akses ke layanan kesehatan berkualitas, warga kelas menengah jauh lebih mungkin memiliki utang medis dibandingkan kelas menengah atas.
5. Koneksi
“Anggota kelas menengah dan menengah atas seringkali memiliki jaringan koneksi dan relasi yang kuat. Kondisi ini dapat memberikan akses ke peluang kerja, nasihat keuangan, dan sumber daya lain yang dapat membantu mempertahankan atau meningkatkan status sosial mereka,” jelas Allen.
Biasanya mereka yang masuk dalam kelas menengah atas atau lebih tinggi memiliki peluang lebih besar daripada kelompok kelas menengah untuk memiliki akses ke jaringan sosial tinggi.
Sebab biasanya jaringan sosial tertentu hanya dapat diperoleh melalui keanggotaan klub sosial yang mahal dan eksklusif. Misal kelompok bermain golf atau mungkin yang sedang tren di Indonesia saat ini padel.






