BCA Lestarikan Budaya Lewat Eco-Fashion Tenun Songket

Posted on

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mendukung pelestarian budaya dan pengembangan eco-fashion wastra warna alam di berbagai daerah. Melalui Bakti BCA, bersama dengan Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami) menggelar pembinaan pembuatan kain tradisional (wastra) menggunakan pewarna alam bagi 32 penenun songket Melayu Sumatra Utara di Istana Maimoon, Medan.

Pembinaan ini berlangsung pada 4-6 November. EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengungkapkan seperti wastra di daerah lain, tenun songket Melayu Sumatra Utara merupakan kain tradisional yang merekam keunikan masyarakat dan kearifan lokal sejak masa lampau. Tenun songket Melayu Sumatra Utara memiliki motif yang terinspirasi dari keindahan alam daerah tersebut.

Motif tenun songket Sumatra Utara tersebut dirajut dalam bentuk geometri indah dengan teknik stilasi yang nyaman dipandang. Banyak orang menyukai tenun songket Melayu Sumatra Utara karena keunikan tersebut. Keindahan tenun songket Melayu Sumatra Utara tidak perlu diragukan lagi.

Namun, saat ini banyak penenun belum menguasai teknik pewarnaan berbasis warna alam. Padahal, penggunaan warna alam pada tenun songket Melayu Sumatra Utara dapat menambah daya tarik dan nilai jualnya. Oleh karena itu, BCA bersama Warlami mendukung upaya pelestarian sekaligus pemberdayaan penenun songket Melayu Sumatra Utara menggunakan warna alam.

“Program ini bertujuan membantu para penenun menguasai teknik pewarnaan alam, menggunakan material ramah lingkungan, serta menghasilkan produk tenun berkelanjutan,” ujar Hera dalam acara Pembinaan Wastra Warna Alam Tenun Songket Melayu Sumatera Utara di Istana Maimoon, Medan Selasa (4/11/2025).

Dia menyebut pelatihan wastra warna alam merupakan wujud dari komitmen Bakti BCA melestarikan kekayaan budaya Indonesia, sekaligus mendorong kewirausahaan komunitas perajin lokal.

Pada kesempatan ini, pelatihan melibatkan 32 orang penenun dari lima komunitas asal Kabupaten Deli Serdang dan Batu Bara, Sumatra Utara. Para penenun diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan pembuatan wastra berbasis warna alam pascapelatihan berlangsung.

Menurut Hera, tren eco-fashion saat ini membawa peluang bagi tenun songket Melayu Sumatra Utara agar semakin dikenal khalayak. Oleh karena itu, para penenun diharap bisa mengimplementasikan teknik pewarnaan menggunakan warna alam, serta menjaga keberlangsungan agar tenun songket Melayu Sumatra Utara kian dikenal sebagai kain tradisional ramah lingkungan.

Saat ini, penggunaan warna alam dalam proses penciptaan kain tenun kian kalah pamor dari pewarna sintetis. Selain proses produksinya yang panjang, pewarna alam dianggap lebih sulit digunakan dan mahal dibanding pewarna sintetis. Program pembinaan dari Bakti BCA dan Warlami bertujuan mengembalikan tradisi penggunaan warna alam di Sumatra Utara.

“Keindahan motif tenun songket Melayu Sumatra Utara, serta kualitas tenun, menjadi alasan pemilihan lokasi pembinaan kali ini. Menggandeng para pakar dari Warlami, BCA berharap wawasan dan kesempatan mengembangkan tenun songket Melayu Sumatra Utara berwarna alam yang dibagikan kepada komunitas-komunitas penenun ini terus meluas. Dengan demikian, komunitas perajin di sini tak hanya sekadar mempertahankan tradisi tapi juga dapat bersaing di pasar lokal maupun global,” kata Hera.

Menurut Market Research Future (2025), nilai pasar pewarna alam dunia dapat mencapai US$7,2 miliar pada 2032 dengan estimasi pertumbuhan per tahun sekitar 8,5% sepanjang 2026-2033. Tren pasar yang semakin memperhitungkan dampak lingkungan dalam proses produksi menjadi pendorong utama popularitas pewarna alam.

Pembinaan di Sumatra Utara ini bukan yang pertama bagi BCA dalam hal dukungan terhadap pengembangan tradisi wastra warna alam Indonesia.

BCA pernah menggelar program pembinaan serupa kepada sejumlah kelompok penenun dan pegiat wastra di Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT); serta di Baduy, Banten.

Pembukaan program pembinaan wastra warna alam tenun songket Melayu Sumatra Utara tersebut turut dihadiri Seripeduka Sultan Deli XIV Tuanku Mahmud Aria Lamanjiji Perkasa Alam, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Medan Airin Rico Waas, dan Ketua Perkumpulan Warlami Myra Widiono.