Awalnya Cuma Iseng Bikin Anting, Wanita Ini Raup Puluhan Juta Per Bulan

Posted on

Mengawali bisnis berdasarkan hobi bisa jadi salah satu hal yang diidamkan banyak orang. Bayangkan, mengerjakan hal yang digemari sembari mendapatkan pundi dari hasil hobi sendiri.

Hal ini dilakoni oleh perempuan berusia 29 tahun asal Bandung, Filene Krizia yang punya kegemaran di bidang kerajinan tangan dan mampu menghasilkan uang hingga puluhan juta tiap bulannya. Sejak kecil, Filene mengaku gemar membuat kerajinan tangan berupa miniatur dari bahan polymer clay. Tak disangka, kesukaannya dalam membuat kerajinan tangan dapat membawanya pada sebuah ide bisnis di bidang aksesori seperti anting.

Filene mengawali bisnis ini kala pandemi Covid-19, saat dirinya masih aktif menjadi seorang arsitek dan bekerja kantoran. Namun, saat ia melihat peluang bisnis dari hobinya itu, Filene memanfaatkan waktu saat bekerja dari rumah (work from home/WFH) untuk melakukan riset dan mencari inspirasi dalam menjajaki awal bisnisnya.

“Karena memang aku dari dulu punya hobi bikin prakarya dari clay, dari dulu waktu SD atau SMP, senang banget crafting. Aku sebenarnya background-nya arsitek dan kerja full time, tetapi karena adanya Covid-19, terus jadi kerjaannya itu agak senggang dan banyak banget waktu luangnya,” ucap Filene kepada detikcom, Rabu (25/6/2025) lalu.

“Terus coba-coba, nemu inspirasi kayaknya dari akun (media sosial) luar deh itu. Awalnya sih, cuma bikin untuk sendiri saja sebenarnya, tetapi lama-lama bisa kayaknya dijual buat jadi aksesori, karena polymer clay itu bahan dasarnya dari plastik. Kenapa aku pilih polymer clay buat jadi aksesori soalnya dia awet, bahannya waterproof, warnanya tidak akan berubah dan tidak akan jamuran,” beber Filene.

Bisa dibilang, Filene mengawali bisnisnya dengan modal iseng mengembangkan hobinya menjadi suatu peluang usaha. Bahkan, Filene mulanya tidak pernah merencanakan bisnisnya bisa tetap eksis hingga kini yang sudah genap 5 tahun berjalan. Ia memutuskan untuk berfokus menjalankan bisnis, dan meninggalkan profesinya sebagai arsitek.

“Tidak ada rencana sampai segininya, sih. Soalnya, dulu posisinya masih kerja juga. Itu (mengawali bisnis) tahun 2020 April. Itu aku resign kerja di November 2020 juga, di tahun yang sama, karena banyak yang dikeluar-keluarin (pekerja di kantor lamanya), terus kerjaan ke kita jadi banyak banget, terus pusing, stres. Terus aku melihat Clayt Studio ini potensinya sangat besar buat ke depannya,” ucap Filene.

“Selama 6 bulan aku menjalani itu masih side job, untuk side job saja sudah oke, bagaimana kalau aku full-time di bisnis ini. Nyatanya, full-time sampai sekarang. Sebenarnya, modal awalnya tidak besar, sekitar Rp 2-3 juta,” urai Filene.

Dengan modal awal di kisaran Rp 3 jutaan itu, kini Clayt Studio mampu menghasilkan omzet di kisaran Rp 15-20 juta setiap bulannnya. Filene mengaku, semua pembuatan anting dari polymer clay itu ia buat sendiri dan sudah menjangkau hampir seluruh wilayah Tanah Air melalui penjualan di media sosial dan e-commerce.

“Sampai sekarang, mostly untuk produksi, khususnya untuk yang desainnya custom itu masih aku sendiri yang bikin. Karena memang masih mencari (karyawan) sampai sekarang, cuma memang belum nemu saja. Paling aku ada tim saja, seperti admin, atau yang membantu finishing antingnya; seperti ditempel tusukannya, dirangkai, tapi untuk sebagian produksi, desain anting-antingnya, dan custom order itu masih aku,” ungkapnya.

Dalam sebulan, Filene mengaku dapat memproduksi hingga ratusan pasang anting untuk memenuhi pesanan dari konsumen. Filene juga membeberkan, kisaran harga yang ia pasang untuk hasil prakarya anting-anting darinya ini dibanderol mulai dari Rp 35.000-225.000.

“Ada, sih (sampai ratusan pasang anting). Untuk proses bikin antingnya, aku pakai cetakan, seperti kita membuat kue kering saja. Kalau untuk desain yang abstrak, itu juga cepat bikinnya, tetapi kalai desainnya tiga dimensi, seperti bentuk bunga, atau bentuk pet (hewan peliharaan) yang custom itu lumayan menyita waktu. Harga paling murahnya Rp 35.000, biasanya bundling jadi Rp 100.000 dapat 3 pasang. Yang paling mahalnya itu di harga Rp 225.000,” ujar Filene.

Di kisah perjalanan bisnisnya, Filene mengaku pernah mengalami kendala. Salah satu kendala yang paling terasa dalam menjalani bisnis adalah tetap termotivasi. Filene kerap merasa, menjalani bisnis seakan tidak punya target seperti pekerja kantoran.

“Kendalanya, bagaimana caranya supaya kita tetap termotivasi. Karena ini beda dengan kerja di orang. Aku merasanya, kalau kerja di orang itu kita punya target dari perusahaan. Sedangkan kalau kerja sendiri, kita yang harus bikin targetnya kapan dan bagaimana bisnis ini ke depannya,” tambahnya.

Tidak cuma itu, Filene juga memberikan saran bagi yang ingin memulai bisnis. Ia menekankan agar jangan terlalu banyak rasa takut. Karena jika terhalang dengan banyak keraguan dan rasa takut, justru bisnis tidak segera terealiasikan.

“Yang penting konsisten dan komitmen. Dari dulu aku selalu ngomong ini ke teman-teman, sebenarnya salah satu kesalahan yang aku buat dalam menjalankan bisnis ini karena aku selalu takut untuk mencoba. Makanya, aku selalu bilang ke orang lain, jangan pernah takut. Kalau punya suatu ide, apalagi masih muda, dan ada modalnya, dijalani saja dan tidak usah banyak takutnya,” ungkap Filene.

“Karena kalau banyak takutnya, malah jadi keduluan orang lain, krena sekarang bisnis sudah bermacam-macam dan dimana-mana. Yang penting dijalani dulu saja,” ucap Filene.

Clayt Studio saat ini masih memproduksi produknya di rumah Filene, namun ia berencana membuka gerai Clayt Studio. Di samping itu, ia berencana untuk membuka kursus bagi pelanggannya yang ingin belajar membuat kerajinan tangan dari polymer clay.

Tidak hanya itu, setelah sebelumnya produk Clayt Studio buatan tangan Filene pernah dijajakan sampai ke Jepang, ke depannya Filene berencana agar produknya bisa sampai ke konsumen di Singapura.

“Ada kerja sama dengan (salah satu gerai) yang namanya Nusantara, itu ada di Jepang yang menjual produk lokal Indonesia. Saat ini targetnya mau ikut art market di luar negeri, seperti di Singapura juga banyak art market. Karena orang luar, kalau yang aku lihat, itu lebih bisa menghargai seni. Jadi, aku pengin coba memasarkan di luar negeri,” tutup Filene.

Hingga kini, Filene masih aktif menjajakan hasil karya tangannya dalam bentuk aksesori anting melalui akun media sosial dan e-commerce di @clayt.id, serta di situs resmi miliknya di www.clayt.studio.

Tonton juga “Cerita Banting Setir Karyawan Swasta Jadi Peternak Tikus Putih” di sini: