Badan Anggaran (Banggar) DPR RI menyoroti tentang anggaran Badan SAR Nasional (Basarnas) 2026 yang turun dibandingkan dengan tahun ini. Hal tersebut pun dikaitkan dengan lamanya proses evakuasi turis Brasil Juliana Marins yang jatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Anggota Banggar yang juga Anggota Komisi V DPR RI Hamka B. Kady mengatakan, pagu awal anggaran Basarnas pada tahun 2025 ini mencapai Rp 1,49 triliun. Basarnas sempat terkena blokir anggaran, sehingga anggarannya kini usai relaksasi sebesar Rp 1,2 triliun. Masih ada Rp 282 miliar lagi yang terblokir.
“Maksud saya, mohon dipertimbangkan dengan baik, pagu indikatif tahun 2026 hanya Rp 1,011,” kata Hamka, dalam Rapat Panja Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat di Banggar DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (14/7/2025).
Angka ini turun cukup jauh dibandingkan pagu anggaran pada tahun ini. Padahal, menurutnya Basarnas memegang peran yang sangat penting dalam menangani masalah kecelakaan yang mana bisa terjadi kapan saja dan tidak dapat diprediksi sepenuhnya.
Secara keseluruhan, kebutuhan anggaran Basarnas untuk Tahun 2026 senilai Rp 2,27 triliun. Dengan disetujuinya pagu indikatif sebesar Rp 1,011 triliun, maka masih ada kekurangan sebesar Rp 1,26 triliun yang kemudian diusulkan sebagai permintaan tambahan anggaran.
Apabila permintaan penambahan anggaran Rp 1,26 triliun itu tidak memungkinkan, DPR RI mengusulkan kepada Kementerian Keuangan, agar setidaknya anggaran Basarnas bisa naik menjadi sama dengan tahun ini Rp 1,4 triliun.
“Saya diberikan amanah untuk menyampaikan kepada forum ini, tolong diperhatikan kegiatan-kegiatan Basarnas kita. Karena ini adalah nama baik juga untuk apabila terjadi hal-hal yang berkaitan dengan luar negeri,” ujarnya.
Hamka berharap, usulan tersebut mendapat respons positif dari Kementerian Keuangan, khususnya dengan mempertimbangkan peristiwa jatuhnya turis asal Brasil di Gunung Rinjani, NTB, yang beberapa waktu lalu membuat dunia gempar.
“Mudah-mudahan bisa diperhatikan, bisa dibantu, karena kalau tidak, seperti kemarin itu yang dari Brazil itu setengah mati dicari, dan harganya juga tidak sedikit,” kata Hamka.
“Bahkan hasil laboratorium di Brazil mengatakan bahwa yang jatuh itu masih hidup 32 jam katanya, hasil otopsi di Brazil. Nah ini kadang-kadang kami disalahkan atau Indonesia disalahkan terlambat mengevakuasi, terlambat membantu apabila ada musibah,” sambungnya.
Dimintai tanggapan tentang pertanyaan tersebut usai rapat, Direktur Jenderal Anggaran Luky Alfirman tidak berkomentar banyak. Luky mengatakan, saat ini persoalan permintaan tambahan anggaran masih dalam pembahasan.
“Itu masih dibahas, belum diputuskan,” ujar Luky, ditemui usai rapat.