BUMN menggelar program wajib Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) melalui sejumlah perusahaan pelat merahnya. Salah satunya PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).
Program ini dijalankan untuk masyarakat di sekitar raksasa milik KPI, RU IV Cilacap. Area Manager Communication, Relations, and CSR KPI RU IV, Cilacap Cecep Supriyatna, menjelaskan TJSL ini menjadi bagian dari program pihaknya.
Di Cilacap, Pertamina menjalankan dua TJSL, yakni Bank Sampah dan Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan (Mapan).
“Di Tegalreja itu, kita ada pengumpulan mijel atau minyak jelantah, di mana itu juga mendukung program kita, yaitu SAF. Dan kemudian di Kalijaran tentunya kita mendukung Asta Cita dari Pak Presiden kita, Pak Prabowo, bahwa di situ ketahanan pangan,” terang Cecep kepada wartawan di Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (28/8/2025).
Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan (Mapan)
Melalui program Masyarakat Pengelola Pertanian Berkelanjutan (Mapan) di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, KPI melakukan pembinaan untuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang menjadi wadah 35 orang petani. Melalui program ini, Pertamina membangun infrastruktur energi berkelanjutan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTS). Kehadiran keduanya turut mendorong produksi para petani Desa Kalijaran.
“Bisa 3 kali panen, bisa 6 kali panen, tergantung kita. Kalau 3 kali panen berarti padi kita bisa, sekarang sudah bisa.
Kalau 6 kali panen berarti kita tanam sayur, bisa cabai, bisa sayuran. Kayak sayuran yang rendah itu kan kayak kangkung, kayak pakcoy. Itu kan cuma 25 hari kita udah panen dari pertama tanam,” terang Ketua Gapoktan Margo Sugih, Priyatno (58), di Rumah Produksi Pupuk Organik, di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Kamis (28/8/2025).
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Priyatno menjelaskan, keuntungan petani Desa Kalijaran meningkat 10 kali lipat berkat campur tangan Pertamina. Gapoktan Margo Sugih juga diberikan fasilitas penggilingan padi multifungsi. Selain untuk mengubah padi menjadi beras, alat penggilingan ini juga menyulap limbah padi menjadi pakan ternak.
“Kalau mesin selepan (giling) yang biasa itu kan kita giling langsung bahannya masih ada pecah kulit nyatok itu kan. Jadi bekatulnya (pakan ternak) itu masih ada. Berarti bagi saya kan time waktunya ini berapa nih, kita hitung juga. Oh berarti ini lama (jika pakai mesin giling tenaga solar). Terus nanti masuk ke polisher kita lama juga kan, kita rugi,” terangnya.
Priyatno menjelaskan, Gapoktan Margo Sugih memiliki anggota 35 orang petani yang bergerak di pertanian lahan basah. Dari 35 orang petani tersebut, Gapoktan Margo Sugih mampu menyerap 90 buruh tani. “Walaupun mini, tapi hasilnya maksi,” pungkas Priyatno.
Jelantah Jadi Rupiah
Selain memberdayakan petani, Pertamina juga menggelar TJSL melalui penukaran limbah rumah tangga, yakni minyak jelantah Used Cooking Oil (UCO). Limbah ini menjadi bahan baku pembuatan bahan bakar minyak (BBM) avtur untuk pesawat, yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Salah satu penukaran minyak jelantah di Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Bank Sampah Beo Asri, rutin menghimpun bahan baku SAF setiap minggu dari masyarakat setempat. Berdasarkan lawatan detikcom di lokasi, antean penukaran minyak jelantah mengular di Beo Asri.
Salah seorang pengurus Bank Sampah Beo Asri, Sri Widowati, menjelaskan penukaran minyak jelantah jadi rupiah dipatok seharga Rp 5.000 untuk setiap kilo limbah rumah tangga tersebut. Sejak bank sampah itu berdiri pada 2023 hingga saat ini, uang beredar dari hasil penukaran minyak jelantah mencapai Rp 12 juta di Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan.
“(Sejak) tahun 2023 kalau kita kalkulasi itu sudah sekian (Rp 12 juta). Dari pembelian dan penjualan dari minyak jelantah,” terang Sri di Bank Sampah Beo Asri, Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (28/8/2025).
Sri menjelaskan, Beo Asri menargetkan penyetoran minyak jelantah hasil pembelian dari masyarakat sebesar 175 kilo per bulan. Setelah dihimpun, minyak jelantah tersebut disetorkan ke Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) untuk diolah KPI menjadi SAF.
“Perbanusa beli ke kita. Kita belinya (ke masyarakat) Rp 5.000. Kita jual ke Perbanusa, kadang-kadang Rp 7.200, Rp 7.300. Mudah-mudahan nanti kalau memang Pertamina itu sudah berjalan, sudah baik, otomatis harga stabil dan