Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengapresiasi capaian kesepakatan tarif timbal balik Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap produk impor Indonesia dari 32% hanya menjadi 19%.
Ketua Umum APINDO Shinta W. Kamdani memandang kesepakatan ini merupakan hasil negosiasi yang jauh lebih baik dibandingkan proposal tarif awal yang diberikan Trump dan mungkin saja masih ada ruang untuk bisa bernegosiasi menjadi lebih rendah lagi.
Selain itu jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, dengan update tarif saat ini posisi Indonesia menjadi relatif lebih kompetitif. Tarif Indonesia saat ini masih lebih rendah dibandingkan posisi Thailand (36%), Laos (40%), Malaysia (25%), dan Vietnam (20%, dengan ketentuan tambahan untuk transshipment).
“Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki ruang untuk menjaga daya saing ekspornya, terutama pada produk ekspor kita seperti tekstil, alas kaki, furniture, hingga perikanan yang memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap pasar Amerika Serikat,” kata Shinta dalam keterangan resminya, Jumat (18/7/2025).
Meski demikian, sejumlah negara pesaing di kawasan saat ini masih dalam proses negosiasi dengan pemerintah AS. Karena itu, APINDO menilai perlu terus mencermati secara saksama posisi akhir kompetitor yang bisa saja mengubah konstelasi persaingan kawasan dalam waktu dekat.
Shinta menambahkan, dalam kesepakatan ini, Indonesia juga sudah berkomitmen untuk meningkatkan impor sejumlah produk strategis dari AS. Di mana sejumlah komoditas ini memang adalah produk dan komoditas yang dibutuhkan bagi industri dalam negeri.
“Seperti yang sudah APINDO rekomendasikan sebelumnya kepada pemerintah yaitu mendorong skenario mutually beneficial melalui peningkatan impor komoditas strategis dari AS, seperti kapas, jagung, produk dairy, kedelai, dan crude oil. Langkah ini dirancang sebagai reciprocal arrangement yang menjawab kekhawatiran AS soal defisit perdagangan,” jelasnya.
Di sisi lain, APINDO melihat untuk penghapusan tarif impor oleh Indonesia terhadap produk AS, secara umum sebagian besar produk tersebut saat ini memang sudah memiliki tarif rendah yakni 0-5%. Namun pihaknya akan tetap melihat dan mendalami lagi dampaknya secara product by product dari hasil negosiasi yang ada.
Lebih lanjut Shinta mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan mengkonsolidasikan para pelaku usaha ekspor di lapangan yang terdampak untuk melakukan review sektoral terhadap dampak update kebijakan tarif ini.
Simak juga Video Said Iqbal soal Tarif 19% Trump: Tingkat Pengangguran Akan Meledak!