Penerimaan bea cukai Amerika Serikat (AS) melonjak pada bulan Juni lalu hingga mencapai US$ 113 miliar atau setara Rp 1.830 triliun (kurs Rp 16.200), rekor tertinggi dalam satu tahun fiskal. Kondisi ini seiring dengan kebijakan Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor.
Sebagaimana dilansir dari Reuters, Sabtu (12/7/2025), Departemen Keuangan melaporkan, kondisi ini membuat negara ekonomi terbesar di dunia itu menghasilkan surplus anggaran yang mengejutkan hingga mencapai US$ 27 miliar pada bulan tersebut.
Data mencatat, tarif mulai menjadi penyumbang pendapatan yang signifikan bagi pemerintah federal. Bea masuk pada bulan Juni mencapai rekor baru, meningkat empat kali lipat menjadi US$ 27,2 miliar secara bruto dan US$ 26,6 miliar secara neto setelah pengembalian dana.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan di X, hasil tersebut menunjukkan AS menuai hasil dari agenda tarif Trump. Dalam kurun waktu empat bulan, tarif sebagai bagian dari pendapatan federal telah meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 5% dari sekitar 2% sebelumnya.
“Seiring Presiden Trump bekerja keras untuk merebut kembali kedaulatan ekonomi negara kita, Laporan Keuangan Bulanan hari ini menunjukkan rekor bea cukai, dan tanpa inflasi!” kata Bessent.
Selama sembilan bulan pertama tahun fiskal 2025, penerimaan bea cukai mencapai rekor sebesar US$ 113,3 miliar secara bruto dan US$ 108 miliar secara neto, hampir dua kali lipat dari penerimaan tahun sebelumnya. Sebagai informasi, tahun fiskal pemerintah berakhir pada 30 September.
Tarif kini telah berkembang menjadi sumber pendapatan terbesar keempat bagi pemerintah federal, di belakang penerimaan pajak perorangan yang dipotong sebesar US$ 2,68 triliun untuk tahun fiskal tersebut, penerimaan pajak perorangan yang tidak dipotong sebesar US$ 965 miliar, dan pajak perusahaan sebesar US$ 392 miliar.
Kondisi tersebut kemungkinan akan memperkuat pandangan Trump tentang tarif sebagai sumber pendapatan yang menguntungkan, sekaligus alat untuk menegakkan kebijakan luar negeri non-perdagangan. Sebelumnya, ia juga telah memproyeksikan akan ada aliran dana besar masuk setelah pemberlakuan tarif resiprokal yang lebih tinggi kepada mitra dagang AS per 1 Agustus.
Penerimaan Bisa Tembus Rp 4.860 T
Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada awal pekan ini telah mengisyaratkan akan ada peningkatan tajam dalam penerimaan bea masuk. Dalam rapat kabinet ia menyampaikan, penerimaan bea masuk tahun kalender 2025 dapat tumbuh menjadi $300 miliar atau sekitar Rp 4.860 triliun pada akhir Desember.
Pada tingkat berjalan bulan Juni, penerimaan bea masuk bruto akan mencapai US$ 276,5 miliar dalam waktu enam bulan, yang berarti mencapai target Bessent akan memerlukan beberapa peningkatan.
Direktur ekonomi Lab Anggaran di Universitas Yale, Ernie Tedeschi, mengatakan bahwa mungkin diperlukan waktu lebih lama agar pendapatan bea masuk sepenuhnya meningkat karena bisnis dan konsumen telah berupaya untuk mengantisipasi bea masuk dengan membeli lebih awal.
Setelah efek tersebut mereda dan Trump menerapkan tarif resiprokal yang lebih tinggi setelah batas waktu 1 Agustus, ia memproyeksikan, Departemen Keuangan AS dapat mengumpulkan tambahan tarif sebesar US$ 10 miliar per bulan, sehingga totalnya menjadi US$ 37 miliar.
“Saya pikir ada risiko yang signifikan bahwa kita akan kecanduan pada pendapatan tarif,” kata Tedeschi, yang dulunya menjabat sebagai penasihat ekonomi Gedung Putih selama pemerintahan Biden.