Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan permintaan Amerika Serikat (AS) akses untuk mendapatkan mineral kritis dari Indonesia sudah mulai didiskusikan implementasinya. Permintaan ini menjadi bagian dari perundingan lanjutan terkait perjanjian dagang Indonesia dengan AS.
Perjanjian dagang itu ditargetkan rampung pada Januari 2026 mendatang saat Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump melakukan pertemuan untuk meneken perjanjian dagang. Kesepakatan ini melanjutkan joint statement sebelumnya yang mengumumkan penurunan tarif resiprokal bagi Indonesia dari 32% menjadi 19%.
Soal permintaan mineral kritis, Airlangga bilang Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara sudah melakukan pembicaraan dengan badan ekspor impor di Amerika untuk permintaan ini.
Beberapa badan usaha Amerika Serikat juga sudah mulai berkontak dengan penyedia mineral kritis di Indonesia. Pemerintah akan membuka akses mineral kritis bagi Amerika.
“Tentu yang critical mineral sudah ada pembicaraan Danantara dengan badan ekspornya di Amerika. Dan juga ada perusahaan Amerika yang sudah berbicara dengan perusahaan critical mineral di Indonesia. Jadi itu akses terhadap critical mineral yang disediakan oleh pemerintah,” ujar Airlangga ditemui di Pondok Indah Mal, Jakarta Pusat, Jumat (26/12/2025).
Sebagai informasi, mineral kritis adalah mineral yang berperan penting dalam perekonomian nasional serta pertahanan dan keamanan negara. Mineral ini rentan terhadap gangguan pasokan dan belum memiliki pengganti yang layak secara teknis maupun ekonomis.
Definisi itu tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 296.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Penetapan Jenis Komoditas yang Tergolong dalam Klasifikasi Mineral Kritis. Contoh mineral kritis antara lain aluminium, nikel, litium dan logam tanah jarang.
Lebih lanjut, Airlangga mengatakan sejauh ini pertukaran sumber daya mineral kritis bukan hal baru. Di Indonesia, sudah ada Freeport yang memiliki afiliasi usaha di Amerika beroperasi di Indonesia. Freeport dapat memasok tembaga atau copper ke AS.
“Nah kita juga sudah memonitor bahwa salah satu critical mineral adalah copper, di mana perusahaan Amerika sudah investasi dari tahun 1967, yaitu Freeport McMorran. Jadi bagi Indonesia, critical mineral dan Amerika itu sesuatu yang sudah dijalankan. Jadi bukan sesuatu yang baru,” ujar Airlangga.
Selain tembaga, Airlangga juga mengungkap potensi mineral kritis lain yang akan dibuka aksesnya untuk AS. Mulai dari nikel, bauksit, hingga mineral jarang alias rare earth.
“Rare earth kita juga masih dalam proses. Itu produk dari Timah,” sebut Airlangga.
Menurutnya mineral kritis saat ini memang diperlukan untuk komponen berbagai industri. Mulai dari komponen otomotif, pesawat terbang, hingga pertahanan militer.
“Terhadap semua kan akses itu mereka perlukan karena itu untuk otomotif, untuk pesawat terbang, untuk roket, untuk peralatan pertahanan militer,” pungkas Airlangga.






