Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono meninjau lahan yang akan digunakan sebagai calon kawasan sentra industri garam nasional di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Wilayah ini dinilai potensial untuk mencapai target swasembada garam pada 2027.
Berdasarkan pantauan detikcom, Selasa (3/6/2025), Trenggono dan rombongan tiba di lokasi calon kawasan sentra industri garam pada pukul 09.33 WIB. Kedatangannya disambut tarian tradisional setempat, Tari Lilete.
Trenggono mengatakan Rote Ndao berpotensi menjadi pusat produksi garam industri nasional karena letak geografisnya yang sejajar dengan Australia sebagai salah satu penghasil garam terbesar di dunia.
“Kita akan segera menuju swasembada garam dan ini alhamdulillah sangat lancar untuk mencari lokasi. Kita bisa mendapatkan satu lokasi yang sangat bagus, ada danau, laut yang kita temukan cukup luas dan sudah kita uji salinitasnya cukup bagus,” kata Trenggono dalam kick off pembangunan kawasan industri garam nasional di Rote Ndao, NTT, Selasa (3/6/2025).
“Kita meyakini ini adalah setara dengan Dampier, setara dengan Australia dan kalau kita tarik garis lurus sama ini satu daerah,” tambahnya.
Rencana pengembangan kawasan sentra industri garam nasional di NTT terdiri dari 10 zona yang dibagi berdasarkan kondisi topografi dan morfologi Kabupaten Rote Ndao. Pembangunan akan dilakukan secara bertahap di mana tahap 1 seluas 1.193 Ha (2025), tahap 2 seluas 9.541 Ha (2026) dan tahap 3 seluas 3.135 Ha (2027).
Untuk produksi, ditargetkan dapat memproduksi garam 200 ton per Ha per tahun. Secara keseluruhan volume produksi targetnya 2,6 juta ton per tahun dengan nilai produksi Rp 2,6 triliun per tahun.
“Pembangunan (tahap 1) tahun ini harusnya selesai sehingga awal 2026 (Maret) harus sudah produksi,” ucap Trenggono.
Tidak hanya ditargetkan dapat mencapai swasembada garam nasional, tambak garam raksasa ini juga diharapkan bisa menciptakan potensi lapangan pekerjaan hingga 25.639 orang baik dari hulu hingga hilir.
Dalam pengembangan kawasan ini turut menggandeng PT Garam yang berfungsi di hilir untuk memproduksi menjadi garam industri, di antaranya untuk industri aneka kebutuhan pangan, industri farmasi dan industri Chlor Alkali Plant (CAP).
“Kan di situ ada nanti processing untuk industri aneka pangan, processing untuk industri farmasi, ada processing untuk CAP, PT Garam harus berperan ke sana. Di sisi lain juga nanti kita serahkan yang dibangun pemerintah tentu tidak bisa sebagai pelaku,” imbuhnya.