Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia menggelar Australia-Southeast Asia Business Exchange di Jakarta. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama bisnis antar pengusaha Australia dengan Indonesia, khususnya di bidang agrobisnis.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan di mata Australia, tidak ada negara yang lebih penting bagi dalam hal kemintraan selain Indonesia. Termasuk dalam hal hubungan ekonomi.
Hubungan ekonomi antar kedua negara pun terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Bahkan setelah Indonesia dan Australia menyelesaikan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (IA-CEPA), perdagangan antar kedua negara naik hingga tiga kali lipat.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
“Selama lima tahun terakhir, sejak diberlakukannya IA-CEPA, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia-Australia, perdagangan antara kedua negara telah meningkat hampir tiga kali lipat,” ujar Gita dalam acara Australia-Southeast Asia Business Exchange di Ayana Midplaza Jakarta, Jakarta Selatan, Senin (10/11/2025).
Jika ditotal, menurut Gita, jumlah transaksi perdagangan antar kedua negara mencapai A$ 35 miliar atau setara dengan Rp 381,5 triliun (kurs Rp 10.900/dolar Australia).
Di luar itu, Indonesia juga banyak menerima investasi asing langsung (FDI) yang sudah meningkat hingga 30% sejak IA-CEPA, membuat Negeri Kangguru ini menjadi investor terbesar ke-10 di Indonesia.
“Investasi asing langsung Australia ke Indonesia meningkat sebesar 30%, dan kini kami berada di 10 negara teratas dalam investasi asing langsung di Indonesia. Investasi ini berfokus pada produktivitas pertanian dan ketahanan pangan. Isu-isu ini menjadi fokus utama Australia dan Indonesia,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Jennifer Westacott selaku Australian Business Champion mengatakan sebanyak 29 perusahaan agrobisnis dan agripangan asal Australia hadir dalam acara ini.
Menurut Jennifer secara total pebisnis Australia telah mengucurkan dana hingga A$ 5 miliar atau Rp 54,5 triliun untuk impor produk dan investasi agrobisnis dari negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, ke Australia.
“Kami memiliki sekitar A$ 5 miliar untuk perdagangan dan investasi yang masuk ke sektor pertanian, tetapi permintaan dan peluangnya sangat besar di Indonesia. Perusahaan dan organisasi Australia ingin menjadi bagian dari perjalanan Indonesia menuju swasembada dan ketahanan pangan, dan kami yakin ada peluang luar biasa dalam hal tentu saja perdagangan dan investasi,” terangnya.
“Selain itu, kami juga akan mengembangkan keterampilan, mengembangkan kapabilitas, alih teknologi, penelitian dan pengembangan, serta terus memasarkan produk pertanian Australia kami yang bersih dan hijau ke pasar Indonesia, dan juga mendorong investasi Indonesia di Australia. Oleh karena itu, kami semua sangat senang berada di sini,” sambung Jennifer.
