Kementerian Perindustrian terus mendorong penguatan kerja sama industri dengan negara mitra strategis, termasuk Brasil. Sejak tahun 1953, Indonesia dan Brasil memiliki sejarah panjang dalam hubungan diplomatik. Kedua negara secara konsisten mempererat kerja sama di berbagai sektor untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
“Brasil merupakan mitra strategis Indonesia di kawasan Amerika Latin. Peningkatan nilai ekspor Indonesia ke Brasil sebesar 9,31 persen pada tahun 2024, yang menjadi salah satu indikator positif pada potensi kerja sama yang dapat terus dikembangkan,” ujar Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Kamis (22/5/2025).
Hal tersebut disampaikannya dalam pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden sekaligus Menteri Pembangunan, Industri, Perdagangan dan Jasa Brasil, Geraldo Alckmin. Pertemuan berlangsung di sela-sela kegiatan BRICS Ministers of Industry Meeting di Brasil, Selasa (20/5) waktu setempat.
Agus menjelaskan penguatan kerja sama akan berfokus pada sektor-sektor strategis yang berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi kedua negara. Hal ini meliputi, pengembangan energi terbarukan berbasis nabati, industri maritim dan kedirgantaraan, pengolahan hasil perikanan dan peternakan, serta produk agribisnis.
“Kerja sama ini selaras dengan aspirasi Bapak Presiden RI Prabowo Subianto untuk memperluas jangkauan kerja sama internasional demi memperkuat ketahanan ekonomi nasional,” katanya.
Selain mempererat hubungan bilateral, Indonesia dan Brasil juga memiliki komitmen yang sejalan dalam berbagai forum multilateral, seperti Group of Twenty (G20), World Trade Organization (WTO), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan BRICS. Kedua negara pun aktif mendorong sistem perdagangan multilateral yang adil serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Agus meyakini kedua negara memiliki potensi untuk berkontribusi lebih besar dalam mendorong stabilitas global, mempromosikan pertumbuhan berkelanjutan, dan memastikan kesejahteraan rakyat masing-masing negara.
BRICS Perkuat Posisi RI di Perekonomian Global
BRICS merupakan aliansi ekonomi negara-negara berkembang yang mewakili sekitar 45 persen populasi dunia dan 28 persen output perekonomian dunia. Tahun ini, Pertemuan BRICS mengusung tema “Strengthening Global South Cooperation for More Inclusive and Sustainable Governance”, yang dihadiri oleh perwakilan Kementerian Industri dan UMKM dari 11 negara anggota BRICS.
Indonesia resmi bergabung sebagai anggota BRICS pada Januari 2025, menjadi anggota ke-11 setelah Arab Saudi. Berikut negara-negara yang saat ini tergabung dalam kelompok ekonomi BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Indonesia.
Bergabungnya Indonesia dalam BRICS membuka peluang dan berdampak positif bagi Indonesia, termasuk di sektor ekonomi, diplomasi, dan keuangan. Secara ekonomi, BRICS dapat membuka akses pasar yang lebih luas, akses pendanaan dari New Development Bank (NDB), dan diversifikasi mitra dagang.
Secara diplomasi, BRICS menjadi platform untuk memperjuangkan reformasi ekonomi global dan memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional. Sedangkan, secara keuangan, BRICS dapat membantu mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan menciptakan sistem finansial alternatif.
Agus menegaskan BRICS menjadi wahana penting bagi Indonesia untuk memperkuat posisi industri nasional dalam perekonomian global yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis inovasi.
“Secara global, posisi Indonesia dalam industri manufaktur menunjukkan capaian yang membanggakan melalui hasil nilai Manufacturing Value Added (MVA),” jelasnya.
Merujuk data World Bank, MVA Indonesia mencapai USD255,96 miliar pada tahun 2023, yang menempatkan posisi ke-4 sebagai negara yang memiliki nilai MVA terbesar dari anggota BRICS setelah China (USD4.658,79 miliar), India (USD461,38 miliar), dan Brasil (USD289,79 miliar).
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Sementara itu, negara anggota BRICS lainnya dengan MVA di bawah Indonesia, yakni Rusia sebesar USD251,58 miliar, disusul Arab Saudi (USD157.88 miliar) Iran (USD78,54 miliar), Mesir (USD59 miliar), Uni Emirat Arab (USD55,76 miliar), Afrika Selatan (USD49,35 miliar), dan Ethiopia (USD7,33 miliar).
Sedangkan, di kawasan Asia, posisi Indonesia menempati urut ke-5 setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Hebatnya, untuk di kawasan ASEAN, Indonesia menduduki posisi teratas, melampaui Thailand dan Vietnam.
Sebagai informasi, pada pertemuan ini, Agus didampingi oleh Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin RI, Tri Supondy serta Duta Besar Indonesia untuk Brasil Edi Yusup.
Selain menghadiri pertemuan dengan para delegasi Menteri Industri BRICS dan pertemuan bilateral dengan Wapres Geraldo, Agus juga menghadiri sejumlah agenda dalam rangkaian kegiatan BRICS, yaitu pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi Xiong Jijun, serta Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Federasi Rusia Aleksei Vladimirovich Gruzdev..
Melalui rangkaian kegiatan tersebut, Menperin berupaya memperkuat kontribusi Indonesia dalam mendorong pertumbuhan industri global yang inklusif, hijau, dan berkelanjutan.
“Dialog terbuka dan kerja sama yang saling menguntungkan akan memperkokoh posisi Indonesia sebagai mitra strategis dalam industri global serta membangun jembatan pemahaman antar masyarakat kedua negara,” pungkasnya.