Sederet produk asal Indonesia menjadi incaran banyak negara di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan. Beberapa yang laris di pasar dunia bersumber dari Jawa Tengah mulai dari tekstil, furnitur, hingga produk dari kulit.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mencatat sepanjang Januari-April 2025 ekspor Jawa Tengah tumbuh 7,5% (YoY), melampaui pertumbuhan ekspor nasional yang berada di level 6,7%. Kinerja itu membuktikan Jawa Tengah tidak hanya sebagai pusat industri padat karya, melainkan juga motor penggerak ekspor nasional.
“Momentum pertumbuhan ekspor Jawa Tengah menjadi bukti bahwa daerah ini memiliki fondasi industri yang kuat dan adaptif. Dengan strategi yang tepat, Jawa Tengah berpeluang besar untuk terus menjadi lokomotif ekspor nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global yang semakin kompetitif,” kata Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank, Rini Satriani dalam keterangan tertulis, Selasa (24/6/2025).
Sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi penyumbang terbesar dalam struktur ekspor Jawa Tengah. Kontribusinya mencapai 43,8% terhadap total ekspor TPT nasional, menjadikan provinsi ini sebagai pemain utama dalam industri garmen dan fashion Indonesia.
Bersama dengan furniture dan produk kulit, ketiga sektor ini menopang 46,6% dari total ekspor Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan kekuatan industri kreatif dan manufaktur berbasis kerajinan yang telah lama menjadi ciri khas daerah ini.
Data menunjukkan sebaran ekspor Jawa Tengah juga terkonsentrasi kuat pada komoditas unggulan. Sekitar 80,3% ekspor provinsi ini berasal dari sepuluh komoditas utama seperti pakaian dan aksesori, alas kaki, kayu dan produk kayu, serta barang dari kulit samak.
“Meskipun nilai ekspor didominasi oleh korporasi besar yang telah konsisten menembus pasar global selama lima tahun terakhir, kontribusi dari pelaku usaha kecil dan menengah (UKME dan UMBE) tetap signifikan. Sektor-sektor seperti kayu, furniture dan produk kulit justru menunjukkan bahwa pelaku UKME-UMBE memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan dan diversifikasi ekspor daerah,” tutur Rini.
Meski begitu, terdapat tantangan yang perlu diantisipasi para eksportir Jawa Tengah. Sebanyak 73,8% ekspor Jawa Tengah terkonsentrasi pada sepuluh negara tujuan utama dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang menyerap lebih dari separuh total ekspor Jawa Tengah.
Ketergantungan itu membuat Jawa Tengah rentan terhadap gejolak pasar global terutama di tengah perang dagang antara AS dan Tiongkok, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Meski demikian peluang tetap terbuka lebar bagi pelaku ekspor Jawa Tengah.
Produk dengan sensitivitas politik rendah seperti tekstil non-fashion, produk kemasan ramah lingkungan dan barang seni dinilai menjadi alternatif ekspor yang menjanjikan. Dalam jangka pendek, eksportir Indonesia disebut masih dapat mengoptimalkan pasar AS yang hingga kini menjadi salah satu tujuan ekspor utama, terutama untuk produk
seperti kertas kemasan dan furnitur.
“Peluang ini dapat dimaksimalkan dengan memanfaatkan celah pasar serta berbagai kebijakan insentif yang tengah diberlakukan pemerintah AS bagi pelaku usaha AS,” ujar Rini.
Dalam jangka panjang, Rini menilai strategi perlu diarahkan pada diversifikasi pasar ke kawasan lain seperti Asia Tengah, Eropa dan Korea Selatan. Diversifikasi ini penting dilakukan melalui pemanfaatan perjanjian dagang bilateral maupun multilateral guna meningkatkan daya saing dan ketahanan ekspor nasional.
Rini juga mengingatkan agar pelaku ekspor tetap waspada terhadap eskalasi tensi geopolitik khususnya di Timur Tengah yang berpotensi memicu gangguan distribusi dan hambatan logistik pada jalur perdagangan global. Saat ini industri TPT disebut sedang mengalami over supply oleh produk sejenis dari China yang berpotensi menurunkan permintaan produk TPT Indonesia ke negara tujuan ekspor.
“Eksportir TPT disarankan untuk dapat bertransformasi menuju produksi bersertifikasi ESG. Langkah strategis ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing di pasar global yang semakin menuntut keberlanjutan dan kepatuhan sosial lingkungan,” pungkas Rini.