Surplus Neraca Dagang RI Terendah dalam 60 Bulan, Mendag Ungkap Penyebabnya

Posted on

Surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan April 2025 mencapai titik terendah dalam 60 bulan terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per April 2025 neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 160 juta.

Merespons hal ini, Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, penurunan tersebut disebabkan karena kondisi libur panjang Idul Fitri pada awal April. Kondisi ini menyebabkan aktivitas ekspor tertunda.

“Kan banyak perusahaan juga libur. Lalu yang kedua saat itu lagi ramainya tarif Trump, jadi itu banyak yang menunda karena meminta kepastian,” kata Budi, ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (26/5/2025).

Meski demikian, Budi mengatakan bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menyampaikan laporan neraca perdagangan bulan Mei. Ia mengklaim bahwa nilainya naik.

“Justru yang bulan Mei ini jadi surplus (perdagangan) terbesar ya dalam dua tahun terakhir. Jadi naik lagi. Jadi nggak ada masalah,” ujarnya.

“Artinya nggak, alhamdulillah sampai saat ini nggak ada pengaruh. Belum ada pengaruh dengan situasi perang dan sebagainya. Ekspor kita tetap naik,” sambungnya.

Budi mengatakan, ekspor RI sendiri pada Januari s.d April mencatatkan kenaikan 6,65%. Meski data resmi neraca perdagangan bulan Mei baru akan rilis awal Juli nanti, Budi memastikan bahwa nilainya mencatatkan kenaikan.

Sebagai informasi, sebelumnya BPS mengungkap surplus neraca perdagangan barang pada April 2025 menjadi yang terendah sejak Mei 2020. Artinya, selama 60 bulan Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan, kini nilainya mengalami penurunan signifikan.

“Secara bulanan, surplus bulan April 2025 ini surplus terendah sejak Mei 2020,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (2/6/2025).

Pudji menerangkan, rendahnya neraca perdagangan pada April 2025 disebabkan oleh penurunan nilai ekspor 10,77% dibandingkan Maret 2025. Sedangkan nilai impornya mengalami peningkatan.

Adapun nilai surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat hanya US$ 160 juta. Tekanan datang dari lonjakan impor, terutama di sektor nonmigas, yang tumbuh hampir 30% secara tahunan.

Tonton juga “Wamendag Akui Batu Bara Jadi Penopang Utama Neraca Perdagangan Negara” di sini: