Perusahaan rintisan perancang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), Perplexity AI, tiba-tiba mau membeli browser Chrome dari perusahaan induk Google, Alphabet. Tak tanggung-tanggung mereka menawar hingga US$ 34,5 miliar atau setara Rp 556 triliun (kurs Rp 16.118/dolar AS).
Melansir Reuters, Kamis (14/8/2025), nominal penawaran pembelian tersebut bahkan jauh di atas valuasi Perplexity yang diperkirakan hanya sebesar US$ 14 miliar atau Rp 225,65 triliun. Meski perusahaan rintisan itu mengaku perlu membeli Chrome untuk menjangkau miliaran pengguna.
Perplexity tidak mengungkapkan bagaimana rencananya untuk mendanai tawaran pembelian Google Chrome. Perusahaan yang telah berdiri selama tiga tahun itu hanya menyebut sudah berhasil mengumpulkan dana sekitar US$ 1 miliar atau Rp 16,11 triliun sejauh ini dari investor termasuk Nvidia dan SoftBank Jepang.
“Beberapa sumber pendanaan telah menawarkan pembiayaan penuh untuk mencapai kesepakatan tersebut,” ungkap Perplexity tanpa menyebutkan sumber dana yang dimaksudkan.
Perplexity merupakan perusahaan rintisan atau startup yang baru berdiri pada 2022. Kendati masih berumur jagung, Perplexity kerap membuat heboh industri teknologi dengan terobosan-terobosan penawaran pembeliannya.
Dikelola oleh Aravind Srinivas, sebelumnya Perplexity membuat tawaran serupa untuk TikTok AS pada Januari 2025 kemarin. Kala itu perusahaan menawarkan untuk bergabung dengan aplikasi video pendek populer tersebut untuk menyelesaikan kekhawatiran AS tentang kepemilikan TikTok oleh China.
Keinginan Perplexity untuk mencaplok Google Chrome tentu tak akan mudah. Terlebih mengingat raksasa teknologi lain seperti OpenAI, Yahoo, dan Apollo Global Manangement telah menunjukkan ketertarikan untuk mencaplok Chrome lebih dulu.
Adapun ‘perlombaan’ membeli Chrome ini muncul di tengah tekanan regulator yang mengancam dominasi Google dalam sektor informatika. Walau tentu Google tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters atas isu tersebut.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Sebagai catatan, Google belum menawarkan Chrome untuk dijual. Selain itu mereka juga berencana untuk mengajukan banding atas putusan pengadilan AS tahun lalu yang menyatakan bahwa Google telah monopoli ilegal dalam pencarian daring, memaksa mereka untuk melepas Chrome sebagai hasil dari putusan hukum tersebut.