SPBUN Resmi Dibangun, Asa Nelayan Lampung Timur Lepas dari Tengkulak

Posted on

Program Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPBUN) resmi hadir di Kabupaten Lampung Timur. Hal ini membawa harapan baru bagi ribuan nelayan pesisir yang selama ini bergantung pada tengkulak dan pengecer bahan bakar.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra menegaskan bahwa kehadiran SPBUN merupakan langkah nyata untuk mendekatkan layanan energi kepada masyarakat pesisir. Ia menyebut pembangunan SPBUN sejalan dengan upaya Pertamina dalam mendukung pemerataan energi di seluruh Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik, baik dari sisi availability atau ketersediaan produknya, accessibility, kemudahan terjangkaunya, acceptability, kualitasnya dapat diterima, dan yang terakhir tentunya dari sisi sustainability atau keberlangsungan daripada bisnisnya itu sendiri,” ujarnya saat Groundbreaking SPBUN KUD Bina Mina Sejahtera di Kabupaten Lampung Timur, Rabu (12/11/2025)

Hal senada disampaikan Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga, Eko Ricky Susanto. Ia menjelaskan, SPBUN hadir untuk menjawab kebutuhan nelayan atas bahan bakar bersubsidi yang sebelumnya sulit diakses secara resmi.

Ia menegaskan dengan adanya SPBUN, nelayan kini dapat membeli BBM resmi dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah dan kualitas yang sesuai spesifikasi Ditjen Migas. Sebelumnya, banyak nelayan terpaksa membeli dari tengkulak dengan harga tidak menentu dan mutu bahan bakar yang buruk.

“Karena kita tahu beberapa nelayan mendapatkan akses kebutuhan BBM itu dengan kualitas yang kita tidak ketahui ya jadi akhirnya kemarin juga saya sempat mampir sini berdiskusi dengan beberapa nelayan, banyak mesin-mesin dari kapalnya itu juga cepat rusak karena menggunakan BBM yang tidak bagus kualitasnya,” kata Eko.

“Nah dengan adanya SPBU Nelayan, jaminan kualitas yang kita siapkan sesuai ke spesifikasi Ditjen Migas, insyaallah nanti bisa membantu mesin nelayan juga lebih awet kemudian juga secara harga juga sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah,” imbuhnya.

Penantian Panjang Sejak 2009

Harapan besar juga datang dari masyarakat setempat. Pengurus Koperasi Bina Mina Sejahtera, M Mansur Effendi, yang turut hadir dalam peletakan batu pertama, menyebut pembangunan SPBUN di desanya adalah buah penantian panjang lebih dari satu dekade.

“Kami selaku warga koperasi, khususnya yang ada di Lampung Timur, merasa bahagia dan senang dengan peletakan batu pertama SPBU untuk nelayan ini. Ini harapan kami dari tahun 2009, baru terwujud di tahun ini, di 2025 ini,” kata Mansur.

Sebelum dibangun SPBUN ini, para nelayan di Desa Margosari hanya bisa membeli solar dari pengecer yang mendapatkan pasokan dari SPBU di Labuhan Maringgai. Kondisi itu membuat harga BBM tidak menentu dan pasokan sering kali tidak stabil.

“Selama ini dia dapat bahan bakar dari pengecer-pengecer, karena memang tidak ada kapasitas untuk yang besar. Nanti ditampung oleh para tengkulak-tengkulak,” ujarnya.

Mansur berharap SPBUN bisa menjadi solusi jangka panjang bagi nelayan di wilayah pesisir Timur Lampung. Jumlah nelayan di wilayah ini mencapai sekitar seribu orang, semuanya membutuhkan solar untuk melaut setiap hari.

“Harapan kami, pembangunan ini nanti bisa diperbesar, karena jangkauan kami cukup luas sekali. Jumlah nelayan kurang lebih seribu, semuanya membutuhkan bahan bakar solar,” tutur Mansur.

Kehadiran SPBUN juga disambut antusiasme para nelayan. Sukardi, salah seorang nelayan setempat, mengaku bersyukur atas bantuan pemerintah dan Pertamina yang membangun SPBUN pertama di wilayah mereka.

“Ya harapan saya ya sangat bersyukur adanya bantuan ini, selain dari pemerintah daerah maupun pusat. Terima kasih banyak,” kata Sukardi.

Namun, ia menilai satu unit SPBUN belum cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh nelayan di daerah itu. Menurutnya, jumlah perahu yang beroperasi di pesisir Lampung Timur mencapai ratusan, sehingga kebutuhan solar harian sangat besar.

“Sekalipun ditambah satu pom ini, itu masih ada kekurangan. Kayaknya kurang cukup. Sebab nelayan sini memang cukup banyak. Jadi ratusan perahu memang banyak sekali di sini,” ujarnya.

Sukardi berharap ke depan pembangunan SPBUN bisa diperluas agar pasokan bahan bakar lebih merata. Ia mengaku, sebelum ada SPBUN, para nelayan kerap terhenti melaut karena kehabisan solar di warung eceran.

“Kalau kemarin-kemarin ini kekurangannya ya bahan bakar itu. Jadi kadang beli di warung-warung ini, kadang habis. Itu kadang nggak melaut lagi. Nunggu lagi besok atau lusa baru datang bahan bakarnya,” ucapnya.

Bagi Sukardi, kehadiran SPBUN bukan hanya soal ketersediaan bahan bakar, tapi juga soal kepastian harga dan penghematan biaya.

“Kalau kita di warung-warung lebih mahal. Karena pengambilannya lebih jauh lagi, perlu ongkos juga jadi lebih mahal. Karena ada SPBU ini ya barangkali lebih murah lagi,” ujarnya.

Pembangunan SPBUN KUD Bina Mina Sejahtera di Lampung Timur menjadi bagian dari langkah nasional Pertamina Patra Niaga memperluas akses energi di kawasan pesisir. Program ini juga merupakan dukungan terhadap Asta Cita keenam Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya kemandirian energi di tingkat desa.

Pertamina mencatat, saat ini terdapat sekitar hampir 500 SPBUN di seluruh Indonesia, dan jumlahnya akan terus bertambah. Lampung menjadi salah satu provinsi prioritas, dengan kebutuhan lebih dari 130 titik SPBUN di berbagai kabupaten/kota.

Pemerintah daerah bersama Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen menjadikan SPBUN berbasis koperasi ini sebagai model bisnis berkelanjutan untuk pemberdayaan ekonomi pesisir. Selain BBM, SPBUN nantinya juga akan menyediakan pelumas, LPG, serta fasilitas usaha nelayan agar bisa mandiri energi dan ekonomi.