PT MRT Jakarta (Perseroda) menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Bumi Serpong Damai Tbk (Sinarmas Land). Kedua belah pihak melakukan penjajakan awal potensi kerja sama pengembangan jalur MRT North-South Line Extension (Lebak Bulus-Serpong).
Direktur Utama MRT Jakarta, Tuhiyat mengatakan, pihaknya dan Sinarmas Land akan melakukan kajian terkait perpanjangan jalur MRT. Kajian itu mencakup penentuan trase, skema kelembagaan hingga skema pembiayaan.
“Ini adalah kajian awal antara kami, MRT Jakarta, B2B dengan PT Bumi Serpong Damai, dalam hal ini Sinarmas Land. Kajian awal ini adalah kajian melingkupi yang pertama kita harus menentukan mengkaji terkait trase. Trase mana yang lebih efektif, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi tangkapan pelanggan,” ujar Tuhiyat di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Kamis (24/8/2025).
Terkait pembiayaan, Tuhiyat menyebut proyek yang akan dibangun berbeda dengan proyek MRT sebelumnya. Jika sebelumnya MRT mendapat pendanaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA), kali ini MRT akan mencoba menggandeng pihak swasta.
Setelah selesai, kajian ini akan kami serahkan dan akan kami laporkan kepada pemerintah, baik itu pemerintah pusat, maupun masing-masing pemerintah daerah. Untuk apa? Ini adalah untuk mencari alternatif solusi yang terbaik bagi pemerintah menetapkan skema, trase dan transportasi publik,” terang Tuhiyat.
Sementara itu, CEO Digital Tech Ecosystem & Development Sinar Mas Land Irawan Harahap menyebut MRT mampu menekan kemacetan, khususnya bagi masyarakat Tangerang yang bepergian ke Jakarta. MRT menjadi alternatif transportasi yang efisien bagi masyarakat.
“Oleh karena itu kehadiran MRT North-South Line Extension akan menjadi solusi krusial untuk mengatasi masalah kemacetan, memberi alternatif transportasi yang efisien serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan perjalanan yang lebih cepat dan nyaman,” sebut Irawan.
Namun belum diketahui kapan proyek perpanjangan ini akan digarap, termasuk nilai proyek, rincian rute maupun jumlah atau titik stasiunnya. Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta Farchad Mahfud mengatakan, semua itu baru ditentukan jika feasibility study selesai dilaksanakan.
“Kalau biaya jadwal dan sebagainya, saya kira untuk pembangunannya itu sendiri, justru harusnya itu akan menjadi keluaran dari studi ini. Kita baru mau memulai ini. Nah, harapannya dengan studi ini nanti kita akan bisa mendapatkan kira-kira gambarannya seperti apa? Nilainya berapa? Dan semua itu memerlukan kajian komprehensif,” jelas Farchad.
Adapun studi ini akan memakan waktu sekitar satu tahun. Namun diharapkan dalam waktu 4-6 bulan ada laporan awal yang dihasilkan, yang nantinya akan dibawa ke para investor.
MRT diharapkan bisa menjadi alternatif moda transportasi massal yang bisa memecah macet di Jakarta. Menurut Tuhiyat, berdasarkan kajian Badan Perencana Pembangunan Nasional atau Bappenas, Jakarta menelan kerugian hingga Rp 100 triliun per tahun karena macet.
“Hasil survei dari Bappenas, kita ada gross kerugian Rp 100 triliun per tahun akibat efek langsung atau tidak langsung dari tingkat kemacetan. Dan Rp 100 triliun kalau kita gunakan untuk infrastruktur itu sudah berapa,” tutupnya.
Simak juga Video: Alasan Anies Beri Nama Stasiun MRT ASEAN: Jakarta Juga Ibu Kotanya