Siap Pasok Listrik Smelter Baru Inalum, PLN Mau Revisi RUPTL

Posted on

PT PLN (Persero) berkomitmen memenuhi kebutuhan listrik proyek smelter aluminium baru di Mempawah, Kalimantan Barat milik PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Smelter yang bakal beroperasi pada 2029 ini membutuhkan listrik 932 megawatt (MW).

Namun, Direktur Retail dan Niaga PLN, Adi Priyanto mengatakan sistem kelistrikan di Kalimantan Barat saat ini hanya 631 MW. Dengan kondisi ini maka masih perlu ada penambahan.

“Sehingga tentunya harus ada tambahan pembangunan pembangkit-pembangkit baru dan penguatan transmisi yang kami nanti harus lakukan di Kalimantan Barat untuk memperkuat sistem ini,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Kamis (20/11/2025).

Adi mengatakan proyek smelter aluminium baru milik Inalum belum masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. Dengan begitu, PLN berencana melakukan revisi terhadap RUPTL untuk bisa membangun pembangkit listrik baru di wilayah Kalimantan Barat.

“Nah, itu tentunya dengan adanya pertemuan pagi hari ini kami akan gercep melakukan rencana revisi RUPTL kami untuk bisa memasukkan demand ini agar kami nanti bisa membangun pembangkit dan memperkuat transmisi ke depan untuk menunjang PT Inalum ini,” katanya.

Adi menjelaskan ekspansi Inalum masih melalui kajian internal dan studi kelayakan yang diperkirakan rampung pada awal 2026. PLN akan mengikuti perkembangan kajian tersebut agar perencanaan pembangunan infrastruktur kelistrikan dapat selaras.

“Kemudian seluruh rencana Inalum ini tentunya masih dalam kajian internal dan studi kelayakan yang rencananya nanti tahun 2026 awal selesai. Tentunya kami juga akan ikut terus dalam memperhatikan studi kelayakan ini dan PLN tentunya akan menyelaraskan rencana kami terhadap hasil kajian tersebut sehingga kami nanti tidak akan ketinggalan,” katanya.

Adapun dalam RDP ini, Direktur Utama Inalum Melati Sarnita mengatakan untuk smelter aluminium baru ini membutuhkan listrik mencapai 932 megawatt (MW) dengan pasokan listrik terpasang sebesar 1,2 gigawatt (GW).

Melati berharap kebutuhan listrik ini bisa tersedia pada kuartal IV 2028 sesuai dengan jadwal konstruksi dan commisioning smelter aluminium baru ini. Adapun kapasitas produksi smelter ini sebesar 600 ribu ton aluminium.

“Kebutuhan listriknya sendiri itu 932 MW, perkiraan kami itu kapasitas hitungan kita saat ini internal kapasitas terpasang itu 1,2 GW, karena harus ada satu standby unit untuk memastikan availability 100% selama 360 hari per tahun,” katanya.

“Karena memang musuh besar kami itu kalau listrik mati, smelter kami tidak bisa recovery, pot-nya langsung mati dan itu kita harus bangun lining baru untuk pot-nya. Jadi sangat berbahaya sekali kalau buat kami kalau availability nya itu kurang dari 100%,” tambahnya.

Melati menjelaskan dalam rencana investasi Inalum dalam proyek ini, pembangunan pembangkit listrik tidak masuk skema belanja modal Inalum. Oleh karena itu, pihaknya berharap dapat membeli listrik dari PLN, atau jika PLN tidak dapat memenuhi kebutuhan listrik ini, maka Inalum berencana membeli listrik dari Independent Power Producer (IPP).

“Karena kami sangat ingin pembangunan pembangkit itu bisa menjadi captive source untuk smelter kita Pak,” katanya.