Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan sejumlah negara telah menyatakan minat untuk menawarkan teknologi dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia. Negara-negara tersebut antara lain Rusia, Korea Selatan, dan Kanada.
Yuliot mengatakan tawaran Rusia tersebut didapatkan dari hasil kunjungan kerja Presiden Prabowo beberapa hari lalu.
“Ini kan yang dari kunjungan Presiden kemarin kan salah satunya Rusia yang menawarkan. Ya kemudian ada vendor teknologi, ada Korea juga sudah menghubungi, Kanada juga sudah menghubungi,” katanya di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (12/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa teknologi yang ditawarkan negara-negara tersebut beragam, mulai dari small modular reactor (SMR) berkapasitas sekitar 250 MW hingga teknologi skala besar dengan kapasitas hingga 1,4 GW.
Meski begitu, Yuliot mengatakan pemerintah belum memutuskan teknologi dari negara mana yang bakal dipilih untuk membangun PLTN.
“Jadi nanti kita akan memilih dari sisi besaran investasi, output dan juga ini efisiensi. Jadi yang kita harapkan dengan adanya PLTN, harga HPP yang dijual ke PLN atau dibeli oleh PLN bisa lebih bersaing,” katanya.
Yuliot menambahkan saat ini pemerintah tengah fokus ini menyelesaikan regulasi berupa Keputusan Presiden. Regulasi ini menjadi syarat sebelum proyek PLTN dapat berjalan.
“Kita lagi menyelesaikan untuk regulasinya. Jadi untuk PLTN itu kan kita juga harus memenuhi persyaratan di (Badan Tenaga Atom Internasional/International Atomic Energy Agency) IAEA. Jadi ini untuk rancang keputusan Presidennya, ini kan sudah selesai harmonisasi dan juga ini dalam proses perundangan. Jadi setelah ini perundang-undangan itu nanti kita akan menyampaikan ke IAEA untuk mendapatkan persetujuan NEPIO,” katanya.






