Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani Perkasa menyebut, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) mencapai 3.700 gigawatt (GW). Namun kapasitas pembangkit listrik yang terpasang baru sebesar 15 GW.
Menurut Rosan, Indonesia memiliki potensi pengembangan pembangkit EBT yang sangat besar. Namun memang pemanfaatannya bahkan kurang dari 1% dari potensi tersebut.
“Potensi energi terbarukan Indonesia sebenarnya hampir mencapai 3.700 gigawatt. Namun, kapasitas terpasang saat ini hanya sekitar 15 gigawatt,” kata Rosan, dalam acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (12/6/2025).
Berdasarkan bahan paparan yang disajikan Rosan, tertulis secara rinci potensi listrik dari pembangkit EBT. Tenaga surya memiliki potensi paling besar, dengan total potensi mencapai 3.294 GW.
Sedangkan yang baru termanfaatkan baru sebesar 0,91 GW. Potensi paling tinggi ada di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, dan Riau sebagai wilayah dengan radiasi tertinggi.
Lalu di sisi tenaga hidro atau air,ada potensi energi sebesar 95 GW, yang sudah termanfaatkan baru 7,05 GW. Potensi khususnya ada di kawasan Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Utara, dan Papua.
Dari sisi tenaga bioenergi, ada potensi energi sebesar 57 GW, yang sudah termanfaatkan baru 3,66 GW. Dari sisi tenaga angin atau turbin, ada potensi energi sebesar 155 GW, yang sudah termanfaatkan baru 0,152 GW. Potensi paling banyak ada di kawasan NTT, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh, hingga Papua.
Dari sisi tenaga panas bumi atau geothermal, ada potensi energi sebesar 23 GW, yang sudah termanfaatkan baru 2,65 GW. Potensi paling banyak di kawasan ‘Ring of Fire’, antara lain Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Terakhir, dari sisi tenaga tidak atau pasang surut gelombang air laut, ada potensi energi sebesar 63 GW, dan belum ada yang termanfaatkan. Potensi paling banyak di Maluku, NTT, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Bali.
“Potensi dari tenaga surya, hidro, bioenergi, pasang surut, panas bumi, dan saya pikir khususnya panas bumi. merupakan investasi yang sangat menarik karena Indonesia merupakan salah satu cadangan panas bumi terbesar di dunia, terutama di wilayah Jawa dan Sumatera,” ujar Rosan.
Agar Indonesia dapat mempercepat pemanfaatan dari potensi investasi kementerian, Rosan mengatakan, pihaknya mencoba terus mereformasi diri. Pemerintah terus mereformasi diri dalam hal kebijakan, regulasi, dan juga dalam hal memangkas birokrasi.
“Jadi itulah mengapa saya pikir saat ini kami juga sedang membentuk Satuan Tugas (Satgas) deregulasi untuk memastikan kami dapat memiliki iklim investasi yang lebih baik, iklim industri yang lebih baik, sehingga investasi Anda di Indonesia dapat dipercepat,” kata dia.
“Karena jika tidak, potensi tersebut akan tetap menjadi potensi, dan tantangan untuk mengaktifkannya, saya pikir itu akan memakan waktu yang cukup lama. Jadi sekali lagi, kami ingin mempercepat ini,” sambungnya.