Proyek pengembangan gasifikasi batu bara atau dymethil ether (DME) bakal kembali dikebut di Indonesia. Hasil gasifikasi batu bara rencananya akan dijadikan substitusi atau pengganti LPG sebagai salah satu energi primer di Indonesia, masalahnya LPG selama ini lebih banyak diimpor dari luar negeri dan pemerintah ingin menekan impor.
Sebelumnya, Indonesia sendiri suidah pernah memiliki proyek pengembangan DME. Kala itu proyek tersebut sudah mulai groundbreaking di era Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Sayangnya, proyek tersebut ditinggal investornya dan akirnya mangkrak.
Nah pemerintah tak mau lagi kegagalan itu terjadi. Proyek DME kini akan digarap oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).
“DME ini dulu pernah dicoba dijalankan. Ya kan? Sempat groundbreaking malah, tapi kemudian berhenti kan. Nah, hal itu yang kami kalau di Danantara tidak ada, tidak mau ada hal itu terjadi lagi,” beber Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (6/11/2025).
Rosan melanjutkan untuk mencegah kegagalan itu terjadi, Danantara akan melakukan evaluasi mendalam untuk proyek-proyek DME yang mau dijalankan di Indonesia. Salah satunya adalah permasalahan teknologi agar tidak ada lagi proyek yang mangkrak dan gagal dikembangkan.
“Kita juga memastikan dulu untuk teknologinya, teknologi yang yang kita utamakan adalah yang up to date juga dan yang paling efisien lah,” ujar Rosan.
“Jadi kita benar-benar kalau melakukan evaluasi benar-benar secara menyeluruh sehingga pada saat kita mulai berjalan atau groundbreaking, itu akan berjalan secara full dan sesuai dengan target-target yang dicanangkan,” bebernya menegaskan.
Ketika ditanya soal skema investasi yang akan dilakukan Danantara, Rosan enggan menjelaskan secara rinci. Dia cuma bilang Danantara bisa secara langsung berinvestasi ke proyek DME.
“Kita bisa investasi langsung sih mungkin ya,” lanjut Rosan.
Dalam rencana besarnya, pemerintah ingin mengembangkan industri DME di beberapa daerah potensial seperti Bulungan, Kalimantan Utara, lalau di Kutai Timur, Kalimantan Timur, kemudian di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Ada juga di Muara Enim, Pali, dan Banyuasin di Sumatera Selatan.
Total nilai investasinya untuk pengembangan seluruh proyek DME sekitar Rp 164 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 34.800 pekerja. Pengembangan DME sendiri masuk ke dalam 18 proyek hilirisasi strategis Presiden Prabowo Subianto. ogah






