Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) merilis riset bertajuk Trade and Industry Brief Vol VIII No. 2 pada Juni 2025. Di dalamnya disebutkan bahwa Indonesia menunjukkan gejala perlambatan ekonomi pada awal 2025.
“Pada awal 2025 Indonesia menunjukkan gejala perlambatan ekonomi yang diakibatkan oleh tergerusnya daya beli, menyusutnya kelas menengah dan menurunnya produktivitas sektoral yang juga tercermin dalam dinamika industri dan ketenagakerjaan,” tulis tim peneliti LPEM FEB UI, dikutip Selasa (10/6/2025).
Tim peneliti menilai hal ini disebabkan oleh sektor industri manufaktur yang menjadi tulang punggung penyerap tenaga kerja menghadapi tantangan deindustrialisasi prematur, yakni menurunnya kontribusi terhadap PDB, tenaga kerja yang menurun dan produktivitas yang stagnan.
Sektor pertanian dinilai masih menghadapi berbagai tantangan meliputi ketersediaan input, teknologi, logistik dan pembiayaan, serta persaingan dengan komoditas impor dan praktek perdagangan internasional yang tidak sehat.
“Indonesia perlu menjaga dan menciptakan kesempatan kerja yang dapat menampung angkatan kerja dalam jumlah besar dan dengan tingkat pendidikan rendah-menengah untuk menekan angka kemiskinan dan menjaga daya beli masyarakat,” sarannya.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) serta kelanjutan hilirisasi sumber daya alam diharapkan mampu menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar. Akan tetapi, masih diperlukan identifikasi sektor spesifik yang mampu menjaga kesempatan kerja dalam jumlah besar dan inklusif terhadap tingkat pendidikan rendah-menengah.
“Pada gilirannya dapat menjaga daya beli dan penerimaan negara dalam jangka pendek, serta pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah-panjang,” imbuhnya.
Menurut LPEM FEB UI, mayoritas angkatan kerja Indonesia adalah lulusan pendidikan menengah ke bawah. Kendati demikian, sebagian besar kebijakan ekonomi dan industri nasional belum menyasar kelompok tersebut dengan strategis.
Dalam riset, tim peneliti memetakan sektor-sektor yang paling efektif dalam menciptakan pekerjaan untuk kelompok berpendidikan rendah-menengah yakni 75,2% tenaga kerja atau sekitar 108,8 juta orang terkonsentrasi di lima sektor ekonomi.
Paling banyak di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 40,76 juta orang, disusul perdagangan, industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makanan-minuman, serta konstruksi.