RI Jajaki Kerja Sama dengan Turki di Bidang Manufaktur hingga Energi

Posted on

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita menggelar pertemuan bisnis (business meeting) dengan sejumlah perusahaan industri terkemuka di Turki. Agenda ini bertujuan untuk memperkuat hubungan kerja sama manufaktur Indonesia Turki, menarik investasi langsung, sekaligus membuka jalan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global.

“Pertemuan ini sangat penting sebagai langkah awal untuk membangun roadmap strategy untuk kerja sama di sektor manufaktur Indonesia dan Turki. Kami ingin agar kemitraan industri ini bersifat jangka panjang, saling menguntungkan, serta mampu mendorong kontribusi nyata bagi perekonomian kedua negara,” kata Menperin dalam keterangan resminya dikutip, Rabu (25/9/2025).

Dalam pertempuran tersebut, Menperin Agus bertemu dengan Karadeniz Holding yang merupakan grup usaha besar yang bergerak di sektor energi, keuangan, real estate, kapal, dan logistik. Agus menyampaikan bahwa mereka tertarik untuk menjajaki kerja sama di bidang shipyard (galangan kapal) serta penyediaan powership.

“Mereka juga menyatakan dukungan untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek energi di Indonesia, salah satunya di Batam yang memiliki potensi kebutuhan energi tinggi untuk menopang aktivitas industri dan pusat data,” ungkap Menperin.

Selanjutnya, Menperin bertemu dengan Kale Group (produsen keramik dan bahan bangunan terbesar di Turki) yang juga memiliki minat untuk mendukung program prioritas nasional, yaitu pembangunan tiga juta rumah rakyat yang akan menyerap pasokan keramik dalam jumlah besar.

Selain di bidang keramik dan material bangunan, Kale Group juga memiliki portofolio industri pertahanan dan dirgantara yang berpotensi dikembangkan melalui kerja sama dengan Indonesia.

Kemudian, Menperin berdiskusi dengan Erisler, perusahaan produsen pangan Turki yang sudah memiliki kerja sama dengan Indonesia. Saat ini, Agus bilang Erisler menyalurkan tepung terigu untuk pakan hewan, namun ke depan akan berkomitmen untuk memperluas usaha ke bidang industri makanan.

Sementara itu, dalam pertemuan dengan Tümosan, perusahaan produsen traktor dan mesin diesel, Menperin menegaskan bahwa peluang kerja sama dengan Turki sejalan dengan program Presiden Prabowo Subianto mengenai ketahanan pangan. Apalagi, Tümosan memiliki rekam jejak kerja sama di negara-negara Afrika dan Asia, yang telah menyatakan kesiapan untuk membangun fasilitas produksi di Indonesia asalkan terdapat permintaan dengan skala ekonomi tertentu.

“Industri Turki menghendaki adanya jaminan pasar apabila mereka berproduksi di Indonesia. Untuk itu, kami akan memberikan jaminan melalui kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen, sehingga produk alat mesin pertanian dari Tümosan dapat terserap di pasar domestik,” jelas Agus.

Hub Perdagangan Regional

Lebih lanjut, Menperin menekankan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga bisa menjadi hub perdagangan produk-produk Turki di kawasan Asia. Hal ini didukung posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di kawasan serta adanya sejumlah perjanjian dagang yang sudah terjalin dengan berbagai negara, termasuk Australia.

Menperin menambahkan, kemitraan dengan pelaku industri Turki akan membawa manfaat besar bagi Indonesia. Pertama, masuknya investasi langsung dari perusahaan Turki ke sektor manufaktur nasional.

Kedua, peluang kolaborasi teknologi dan riset bersama yang dapat meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Ketiga, keterlibatan industri Indonesia dalam rantai pasok global yang akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting di sektor manufaktur internasional.

“Dengan masuknya fasilitas produksi dari perusahaan-perusahaan Turki, kita akan semakin kompetitif, daya serap tenaga kerja meningkat, dan industri nasional akan mendapat akses lebih luas ke pasar global. Pemerintah Indonesia siap memberikan dukungan dan fasilitas yang kompetitif untuk memastikan kerja sama ini dapat terwujud,” pungkasnya.