RI Disebut Krisis Pekerjaan Layak, Ini Alasannya

Posted on

Ekonom menilai bahwa saat ini Indonesia dalam krisis pekerjaan layak. Hal ini salah satunya digambarkan dengan peningkatan jumlah pekerja informal, seperti pengemudi atau driver ojek online (ojol).

Manajer Riset dan Pengetahuan The Prakarsa Roby Rushandie mengatakan, jumlah pekerja informal RI naik dari semula 59,17 juta pada Januari 2024 menjadi 59,40 juta di Januari 2025. Sementara pertumbuhan pekerja formal menurutnya stagnan dalam 4-5 tahun terakhir di kisaran angka 40 juta pekerja.

“Kalau kita lihat bagaimana masyarakat dan pekerja itu menjadi rentan dengan kondisi kerja yang tidak layak. Kalau kita kaitkan dengan peristiwa kemarin yang meregang korban, saudara Affan Kurniawan dari ojol, itu adalah realita krisis pekerjaan layak di Indonesia,” kata Roby dalam acara diskusi publik, melalui siaran telekonferensi, Senin (1/9/2025).

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan Prakarsa, dari 213 responden, ada sebanyak 60% yang memilih profesi ojol sebagai pekerjaan utama. Lalu sebanyak 26% pengemudi ojol bekerja lebih dari 48 jam per minggu atau masuk ke dalam klasifikasi excessive atau berlebihan menurut International Labour Organization (ILO).

Selain itu, rata-rata pendapatan ojol juga mengalami penurunan drastis dari tahun ke tahun. Adapun pada rentang tahun 2018-2019 atau saat pra Pandemi COVID-19 pendapatan ojol rata-rata mencapai Rp 309 ribu per hari, kini pendapatan telah turun jauh hampir setengahnya.

“Sebelum pandemi itu atau periode 2018-2019 sekitar Rp 309 ribu per hari secara rata-rata dan turun ke Rp 175 ribu per hari pasca pandemi,” ujarnya.

Roby juga menyoroti tentang perlindungan ketenagakerjaan untuk para pekerja informal ini yang menurutnya masih sangat minim. Tercatat baru sekitar 12% dari total 4,6 juta pekerja platform yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.

Ia pun mengutip penjelasan ILO, di mana pekerjaan layak seharusnya meliputi kesempatan bekerja secara produktif, menghasilkan pendapatan yang adil, memberikan keselamatan di tempat kerja, jaminan sosial untuk pekerja dan keluarganya, serta memberi orang kebebasan untuk mengungkapkan keprihatinan mereka untuk mengatur dan berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

“Bisa kita tarik kesimpulan adalah krisis pekerjaan layak di Indonesia itu mengakibatkan banyak pekerja, khususnya pekerja informal terjebak dalam kondisi kerentanan. Tragedi yang menimpa Affan Kurniawan memperlihatkan bagaimana pekerja informal selama ini yang menjadi penyangga ekonomi di perkotaan, namun tanpa kepastian kerja, upah layak, maupun perlindungan sosial, dan juga minim dari perhatian pemerintah,” kata dia.

Menurut Roby, berdasarkan data makro, salah satu penyebab mayoritas pekerjaan di Indonesia bersifat informal ialah terjadinya deindustrialisasi dini. Hal ini khususnya di industri pengolahan atau manufaktur, yang dalam 10 tahun ke belakang dalam tren menurun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *