Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan Indonesia membutuhkan 100 juta ayam petelur untuk memenuhi kebutuhan telur pada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dadan mengatakan, Presiden Prabowo Subianto telah meningkatkan target penerima MBG mencapai 82,9 juta orang.
Maka, jika program untuk MBG diperlukan telur setiap harinya, dibutuhkan 82,9 juta telur dalam sehari. Dalam hitung-hitungannya, artinya harus ada 100 juta ayam yang dapat bertelur dalam sehari.
“Berapa ayam yang harus ada? Kalau 82,9 juta (penerima) artinya,harus ada (telur) 82,9 juta (butir) kali 100, dibagi 80. Itu harus kurang lebih 100 juta ayam petelur yang untuk bisa menghasilkan 82,9 juta butir telur dalam satu hari,” kata dia di Kantor BP Taskin, Jakarta Pusat Senin (16/6/2025).
Dengan kebutuhan telur sebanyak itu, pihaknya meyakini program MBG dapat menggandeng banyak pelaku usaha hingga peternak dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
“Ketika nanti,program makan bergizi terus dilakukan,kebutuhan rantai pasok akan meningkat dan saya yakin kan mendorong para pemuda, para petani untuk meningkatkan produksinya. Dan saya berharap,nanti akan banyak aliran tenaga kerja dari kota ke desa karena kita akan sangat banyak membutuhkan rantai pasok,” terangnya.
Menurut Dadan, program MBG terus diperlukan karena penduduk Indonesia akan terus bertambah. Pertambahan penduduk ini terjadi dalam keluarga yang pendidikannya rata-rata hanya 9 tahun, dengan klasifikasi miskin dan antarmiskin.
Kemudian, untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang, komposisi protein juga cukup tinggi yakni 30%. Maka kebutuhan telur kemungkinan akan tinggi juga.
“Sehingga tidak heran kalau kita dapatkan 60% anak Indonesia itu tidak memiliki akses terhadap gizi dengan menu seimbang. Jadi kalau makan itu,ada nasi, ada mi, ada bihun, kerupuk, dimakan, all carbohydrate. Kita kemudian sekarang intervensi,dengan komposisi gizi yang seimbang, 30% protein, 40% karbohidrat, 30% serat, dan dilengkapi susu,” pungkasnya.
Simak juga Video ‘Makan Gratis di Pekalongan Disetop gegara Dana Belum Cair’: