RI Bakal Dapat Tambahan Produksi Minyak dari Wilayah Ini Tahun Depan

Posted on

Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) nasional. Salah satu strategi yang disiapkan adalah mendorong percepatan proyek-proyek migas baru agar bisa onstream mulai 2026.

Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Nanang Abdul Manaf mengatakan proyek yang diharapkan dapat onstream pada 2026 adalah proyek Hidayah, Genting Oil, Geng North, Andama. Menurutnya, dengan proyek yang onstream pada 2026 tersebut dapat menahan laju penurunan produksi (decline) dan beralih ke tren peningkatan (incline).

Ia mengatakan, bahwa secara agregat produksi minyak masih menunjukkan tren penurunan. Dengan perkembangan yang ada diharapkan 2025 untuk minyak sudah tidak lagi decline dan dapat masuk ke fase incline.

“Mulai tahun 2026 diharapkan ada tambahan dari onstream proyek Hidayah, Genting Oil, Geng North, Andaman dan seterusnya. Agar target lifting tercapai, maka entry point harus bisa mendekati target di tahun tersebut,” kata Nanang dalam keterangan tertulis, Selasa (17/6/2025).

Terkait regulasi, Nanang menyampaikan bahwa pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 terkait Kerjasama Operasi (KSO) untuk sumur idle maupun lapangan idle serta sumur masyarakat.

“Harapannya dapat berkontribusi lebih optimal dalam memberikan tambahan produksi migas,” katanya.

Sementara itu, Deputi Eksploitasi SKK Migas Taufan Marhaendrajana mengapresiasi KKKS yang bisa mempertahankan level produksi dengan baik. Ia mengajak KKKS untuk melakukan refleksi di tengah tahun, melihat apa yang sudah dilakukan dan melakukan improvement.

“Sehingga bisa meningkatkan produksi mencapai 605 ribu barel oil per day (BOPD), meskipun sangat menantang, tapi kita harus optimis dengan kerja-kerja yang sudah dilakukan selama ini,” katanya.

Taufan menyampaikan saat ini dalam proses persetujuan Plan of Development (POD) telah dilakukan percepatan sehingga pencapaian Reserve Replacement Ratio (RRR) bisa dicapai dengan baik. Namun tantangannya adalah bagaimana mencapai Final Investment Decision (FID).

Ia mengatakan, berdasarkan data 2019 hingga 2023 ketika RRR mencapai rata-rata 166%. Namun yang bisa melewati FID masih jauh di bawah karena masih 8% hingga 10%. Tantangan berikutnya adalah terkait FID delay dan EPCI delay, yang menyebabkan eksekusi POD menjadi delay. Dia menekankan bagaimana eksekusi POD yang delay tersebut yang perlu dicarikan solusi dan dikerjakan bersama untuk mengatasi kendala tersebut.

Taufan menegaskan, dalam menjaga kehandalan fasilitas juga sangat penting karena terkait meminimalkan kejadian unplanned shutdown. Pasalnya, ada potensi kehilangan minyak hingga 15.000 BOPD yang merupakan jumlah yang signifikan dan harus diatasi bersama.

“Terlebih fasilitas produksi yang sebagian sudah mature dan membutuhkan perhatian khusus,” katanya.