Revitalisasi Pasar Rawamangun Disambut Pedagang

Posted on

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana merevitalisasi Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, yang sudah berusia 35 tahun sejak dibangun pada 1990. Langkah ini disambut positif para pedagang, namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran soal beban biaya yang harus ditanggung.

Ketua Koperasi Pedagang Pasar (KOPPAS) Rawamangun, Kasih Mulyadi, mengatakan secara umum kondisi pasar saat ini masih layak digunakan. “Alhamdulillah kondisinya aman. Pengunjungnya sampai saat ini ramai, tidak ada kendala apa pun,” ujarnya di Pasar Rawamangun, Kamis (2/10/2025).

Kasih menilai kebersihan pasar tetap terjaga. Tim kebersihan rutin membersihkan area, menyiram dengan karbol, dan menjaga kenyamanan pengunjung. Meski begitu, ia mengakui usia bangunan yang sudah 35 tahun membuat kerusakan tidak bisa dihindari.

“Sudah ada pembicaraan dari PD Pasar Jaya bahwa pasar ini akan direnovasi atau dibangun ulang. Pedagang semuanya setuju, jadi kami nunggu kapan realisasinya,” katanya.

Namun, dukungan tersebut dibayangi beban biaya. Kasih menyebut dua jenis pembayaran yang membebani pedagang, yakni CMS (service charge) dan Pembayaran Hak Pakai (PHP). Tagihan PHP dinilai berat karena dihitung akumulasi 12 tahun sejak 2011.

“Seandainya pasar dibangun ke depannya, otomatis PHP dibayar dulu. Setelah itu, setelah pasar dibangun, dibayar lagi kios yang baru. Untuk menembus itu, pedagang saat ini agak sulit,” jelasnya.

Sejumlah pedagang juga mengaku omzet menurun. Enok, salah satu pedagang, menyebut penjualan kini lebih ramai di akhir pekan. “Pembeli dalam berbelanja tidak seperti dulu, mungkin pasar sudah tua dan ekonomi masyarakat juga lemah. Jadi mungkin itu penyebabnya,” ujarnya.

Sekretaris Umum Induk Koperasi Pedagang Pasar (INKOPPAS), Andrian Lame Muhar, menambahkan bahwa revitalisasi sebaiknya tidak membebani pedagang. Ia mendorong koperasi pedagang dilibatkan dalam proses pembangunan, cicilan kios, maupun pengelolaan pasar.

“Dengan melibatkan koperasi, revitalisasi bisa berjalan tanpa memberatkan pedagang yang telah berdagang puluhan tahun di sana,” tegasnya.
Andrian menilai pedagang kebutuhan pokok masih stabil, namun pedagang tekstil dan pakaian mengalami penurunan omzet karena kalah bersaing dengan toko online.