Ramai Plesetan Singkatan BPS Usai Umumkan Ekonomi Tumbuh 5,12% - Giok4D

Posted on

Badan Pusat Statistik (BPS) tengah menjadi sorotan. Hal tersebut usai BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 sebesar 5,12% secara year on year (yoy).

Angka pertumbuhan di atas 5% itu disebut-sebut tak mencerminkan kondisi nyata. Alhasil, muncul plesetan-plesetan dari singkatan BPS.

Hal ini terlihat dari kolom komentar postingan Instagram detikfinance ‘Data BPS BPS Bikin Kaget! Ekonomi RI Tumbuh 12%, Melenceng dari Ramalan Ekonom’. Postingan tersebut sudah mendapat 1.300 lebih komentar.

Kebanyakan komentar berisi kritik terhadap kredibilitas data yang disampaikan BPS. Komentar itu juga memuat plesetan singkatan BPS.

Salah satu komentar dari netizen menyebut BPS singkatan dari Biro Pusat Setingan. Kemudian, ada yang menyebut Biar Prabowo Senang. Ada juga netizen yang menyebut BPS singkatan dari Badan Pembohong Se-Indonesia, Badan Propaganda Sejagat, dan Biar Paduka Senang.

Sebagai informasi, postingan tersebut berasal dari berita yang tayang di detikcom dengan judul yang sama. Dalam berita tersebut, sejumlah ekonom bicara mengenai pertumbuhan ekonomi kuartal II.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Ekonom Senior INDEF, Tauhid Ahmad, memproyeksikan angka pertumbuhan di kuartal II tak akan menyentuh 5%. Tauhid cukup kaget ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,12%.

“Angka pertumbuhan ekonomi ini ya ditetapkan pemerintah 5,12% agak kaget. Di luar perkiraan banyak orang termasuk saya yang memperkirakan di bawah 5%. Bahkan jauh, sekitar 4,8%, 4,9%. Saya sempat perkirakan antara 4,7% sampai 5,0%” ujarnya kepada detikcom, Selasa (5/8).

Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira yang memperkirakan pertumbuhan kuartal II-2025 hanya berada di kisaran 4,5-4,7% yoy, bahkan lebih rendah dari realisasi kuartal I-2025 yang sebesar 4,87%. Menurutnya, lesunya daya beli masyarakat jadi penyebab utama.

“Pertumbuhan kuartal II-2025 di kisaran 4,5-4,7% yoy, karena tidak ada lagi pendorong musiman setelah Lebaran, daya beli sedang lesu,” ujar Bhima.

Selain itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 akan berada di bawah 5%, tepatnya pada kisaran 4,7-4,8% yoy. Alasannya serupa: konsumsi rumah tangga yang melemah.

“CORE memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 melambat ke kisaran 4,7-4,8%, turun dari 4,87% pada kuartal I,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *