Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan Rosneft akan tetap bekerja sama dengan Pertamina untuk menggarap proyek kilang migas di Tuban, Jawa Timur. Kepastian ini diungkapkan Putin usai menerima Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan kenegaraan di Istana Konstantinovsky, St Petersburg, Rusia, Kamis siang waktu setempat.
“Perusahaan Rosneft dan perusahaan Pertamina melaksanakan proyek bersama membangun kilang minyak dan kompleks petrokimia di provinsi Jawa Timur,” kata Putin dalam keterangan pers bersama usai pertemuan, ditulis Jumat (20/6/2025).
Rosneft dan Pertamina selama ini sedang mengembangkan kilang New Grass Root Refinery (NGRR) yang ditargetkan dapat memproduksi bahan bakar minyak (BBM) berkualitas seperti gasoline, diesel dan avtur hingga 229 ribu barel per hari.
Proyek NGRR Tuban pun memproduksi bahan bakar minyak yang berkualitas Euro V. Kilang minyak di Tuban diperkirakan memiliki kapasitas produksi sebesar 300.000 barel per hari.
Proyek tersebut didanai secara patungan atau joint venture antara Pertamina, yang berkontribusi 55%, dan perusahaan minyak asal Rusia yakni Rosneft yang menaruh 45% dari total dana.
Dalam catatan detikcom, proyek ini saat ini sedang memasuki tahap akhir persiapan Final Investment Decision (FID) yang ditargetkan rampung pada kuartal IV tahun 2025.
Namun demikian, nilai investasi proyek telah meningkat signifikan dari estimasi awal sebesar US$ 13,5 miliar menjadi sekitar US$ 23 miliar (setara Rp 377 triliun). Kenaikan ini dipengaruhi oleh faktor desain, pembebasan lahan, serta penyesuaian terhadap dinamika geopolitik dan nilai tukar.
Proyek ini telah menyerap lebih dari 1.200 tenaga kerja lokal dan mencapai progres 62 hingga 94% dalam tahapan desain Front-End Engineering Design (FEED).
Masalahnya, proyek ini diakui lambat progresnya karena bekerja sama dengan Rusia. Arifin Tasrif, yang sempat menjabat posisi Menteri ESDM menyatakan proyek kilang Tuban menghadapi tantangan lantaran bermitra dengan Rusia yang disanksi usai menyulut perang dengan Ukraina. Kala itu pemerintah khawatir apabila bekerja sama dengan Rusia, Indonesia bisa dimusuhi dunia.
“Lagi kita upayakan ini, lagi susah ini, susahnya kan Rusianya nggak bisa jalan ya, kalau kita jalan sama Rusia kita dimusuhi,” kata Arifin di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (22/3/2024).
Arifin mengatakan pemerintah terus berupaya menjaga agar proyek ini terus berjalan. Diakuinya, proyek ini agak terlambat.
RI Sempat Cari Investor Baru
Pemerintah bahkan sempat mengatakan mau mencari mitra baru untuk proyek tersebut karena kesulitan bekerja sama dengan Rosneft. Hal ini diungkapkan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai melakukan rapat terbatas yang kala itu masih dipimpin oleh Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) medio 2023 yang lalu.
“Rusia menghadapi blokade dan persoalan ekonomi dan geopolitik sehingga mungkin sulit untuk melanjutkan, dicarikan partner lain,” ungkap Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (5/10/2023) silam.
“Karena Rusia kan kena masalah geopolitik dan kesulitan untuk investasi,” ujarnya.
Pihaknya meminta Kementerian BUMN dan Kementerian ESDM untuk mencari investor baru pada proyek ini. Namun, dia menegaskan proyek Kilang Tuban tetap masuk daftar PSN.
Luhut Binsar Pandjaitan yang kala itu menjabat sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi pun sempat mengatakan Kilang New Grass Root Refinery and Petrochemical (NGRR) Tuban mulai banyak ditaksir investor dari berbagai negara. Dia mengisyaratkan posisi Rusia akan digantikan di proyek Kilang Tuban.
Menurut Luhut, Pertamina sendiri kala itu tengah berupaya untuk melakukan pengerjaan pembangunan proyek kilang baru tersebut. Namun, Final Investment Decision (FID) atau keputusan final investasi yang dilakukan dengan perusahaan Rusia Rosneft tak kunjung dilakukan.
“Ya sekarang lagi dikerjakan mereka (Pertamina), ada beberapa (investor lain) yang ingin masuk ke sana,” kata Luhut usai mengisi Seminar Nasional IKAXA 2023, Kamis (14/9/2023) silam.
Simak juga Video: Putin ke Prabowo: Kami Terbuka Kerja Sama dengan RI di Bidang Nuklir