PT PLN (Persero) menargetkan peningkatan penjualan listrik pada periode 2025-2034 menjadi 511 Terawatt hour (TWh) atau naik 200% dibandingkan akhir 2024. Hal ini berdasarkan pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2025-2034.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, realisasi penjualan listrik PLN hingga akhir 2024 mencapai 306 TWh. Ditargetkan hingga tahun 2034 jumlahnya akan meningkat sebanyak 205 TWh menjadi 511 TWh.
“Untuk tahun 2034 total demand naik dari sekarang 306 TWh di tahun kemarin, naik menjadi 511 TWh,” kata Darmawan, dalam acara Diseminasi RUKN dan RUPTL PLN 2025-2034 di Kantor Ditjen Ketenagalistrikan, Jakarta Selatan, Senin (2/6/2025).
Angka tersebut berdasarkan hasil potensi demand dari dimensi lokasi, waktu, dan kapasitas di seluruh Indonesia mulai dari demand organik, hilirisasi sawit, hilirisasi minerba, data center, KI/KEK, maritim, akselerasi EV, penggunaan kompor listrik dan semua possibility demand.
“Dan ini sudah mempertimbangkan additional demand, di mana pertumbuhan ekonomi di tahun 2029 akan mencapai 8%,” ujarnya.
Berdasarkan bahan paparan yang disajikan Darmawan, permintaan paling besar diproyeksikan berasal dari demand organik di kawasan Pulau Jawa sebesar 293 TWh, disusul demand organik di Pulau Sumatera sebesar 73 Twh.
Sementara itu, PLN juga telah membidik peningkatan kapasitas listrik mencapai 69,5 gigawatt (GW) hingga tahun 2034. Untuk mencapai target ini dibutuhkan dukungan investasi sebesar Rp 2.133,7, di mana sebanyak 73% dialokasikan untuk partisipasi swasta atau Independent Power Producer (IPP).
Sektor swasta mendapat alokasi Rp 1.566,1 triliun untuk investasi pada pembangkit 49,1 GW. Sementara investasi PLN dari Rp 2.000 triliun lebih khusus untuk pembangkit sebesar Rp 567,67 triliun untuk 20,4 GW.