PT PLN (Persero) berencana dalam 10 tahun ke depan akan menambah kapasitas listrik menjadi 69,5 gigawatt. Sebanyak 76%-nya merupakan pembangkit listrik dari energi baru terbarukan.
“Dan dari 69,5 gigawatt ini, 76 persennya adalah dari energi baru maupun energi terbarukan, termasuk di dalamnya nuklir adan pumped storage dan lain-lain. Ini yang akan kita lakukan,” kata Executive Vice President Management Asset Engineering and Integrated Management System PLN Didik Fauzi Dakhlan dalam agenda Indef tentang Outlook Energi Indonesia 2026, di Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (9/12/2025).
Didik mengatakan untuk mewujudkan hal tersebut, PLN membutuhkan cukup banyak investasi. Nilainya mencapai Rp 2.967 trilin untuk membangun sejumlah infrastrktur 10 tahun ke depan.
“Ini mulai dari additional renewable energy, terus sampai nanti ke paling bawah adalah maintenance untuk CAPEX dan interest during construction. Jadi sedemikian lah kira-kira investasi yang kita butuhkan untuk 10 tahun ke depan. Yang artinya ini mungkin kapasitasnya sama seperti dalam 10 tahun Indonesia yang kebelakangan ya, dari tahun 1945 sampai tahun 2025,” terangnya.
PLN telah menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, kebutuhan investasi PLN diperkirakan mencapai US$ 188 miliar atau sekitar Rp 2.967 triliun. Dari total tersebut, US$ 171 miliar (Rp 2.699 triliun) dialokasikan untuk investasi proyek, sementara US$ 17 miliar atau Rp 268 triliundigunakan untuk CAPEX pemeliharaan serta Interest During Construction (IDC).
Rencana investasi ini mencakup berbagai proyek besar, antara lain pembangunan 22,1 GW kapasitas additional renewable base load dengan kebutuhan dana sekitar US$ 63 miliar, serta 16,6 GW additional thermal base load dengan investasi US$ 26 miliar.
Selain itu, terdapat penambahan 24,3 GW kapasitas variable renewable energy seperti angin dan solar yang membutuhkan US$ 34 miliar, serta pengembangan sistem penyimpanan energi baterai (BESS) sebesar 6 GW/27 GWh dengan investasi US$ 4 miliar.
PLN juga merencanakan pembangunan kapasitas nuklir sebesar 0,5 GW dengan alokasi dana sekitar US$ 3,2 miliar. Di sektor jaringan, investasi mencakup 47.758 km pembangunan transmission lines dan gardu induk dengan kebutuhan US$ 24 miliar, serta 197.998 km distribution lines berikut substation yang memerlukan US$ 11 miliar.
Untuk modernisasi sistem, PLN menargetkan pengembangan end-to-end smart grid yang mencakup 5 region dan 38 provinsi, dengan investasi sekitar US$ 5 miliar. Terakhir, kebutuhan untuk maintenance CAPEX dan IDC mencapai US$ 17 miliar.
Simak juga Video ‘Dirut PLN Ungkap Strategi Ciptakan Listrik dari Energi Hijau’:






