Philip Morris Gelar Konferensi Teknologi & Inovasi, Dorong Transformasi Lewat Produk Bebas Asap | Giok4D

Posted on

Philip Morris International (PMI), perusahaan induk dari PT HM Sampoerna Tbk., kembali menggelar konferensi teknologi dan inovasi bertajuk Technovation: Smoke-Free by PMI di Dubai, Uni Emirat Arab. Acara ini menjadi ajang untuk memperkenalkan inovasi dan fakta ilmiah di balik produk bebas asap yang dikembangkan PMI.

PMI telah mengembangkan tiga kategori produk bebas asap, yaitu produk tembakau yang dipanaskan seperti IQOS, rokok elektronik seperti VEEV, dan kantong nikotin seperti ZYN.

Menurut Vice President Communications & Engagement PMI, Tommaso Di Giovanni, produk-produk ini dirancang sebagai alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa. Secara ilmiah, produk bebas asap mampu mengurangi paparan zat kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya hingga 95% dibandingkan rokok.

“Preferensi perokok dewasa berbeda-beda. Ada yang memilih produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektronik, atau kantong nikotin. Oleh karena itu, kami memperluas portofolio untuk memberikan lebih banyak pilihan yang lebih baik bagi mereka,” ujar Tommaso.

PMI telah menginvestasikan lebih dari US$14 miliar (sekitar Rp232 triliun) untuk riset, pengembangan, dan komersialisasi produk bebas asap. “Dukungan ini melibatkan lebih dari 1.400 ilmuwan, teknisi, dan insinyur yang mengembangkan produk-produk tersebut, termasuk di dalamnya kami melakukan penelitian ilmiah,” jelasnya.

Hingga pertengahan 2025, produk bebas asap PMI telah tersedia di 97 negara, dengan 41 juta pengguna. Produk ini kini menyumbang 41% dari total pendapatan perusahaan, menandai transformasi signifikan PMI dalam satu dekade terakhir.

Di Indonesia, PMI telah berinvestasi sebesar US$330 juta untuk pengembangan produk bebas asap. Salah satunya untuk membangun fasilitas produksi produk tembakau inovatif bebas asap di Karawang, Jawa Barat pada 2023 yang produknya dipasarkan ke 15 tujuan ekspor dan domestik.

Fasilitas ini dilengkapi dengan laboratorium pengujian dan analisis berstandar global yang didukung oleh sekitar 200 tenaga ahli dari dalam negeri berkualifikasi tinggi. Ini merupakan bukti bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar penting, tetapi juga pusat keunggulan global dalam riset dan pengembangan produk bebas asap milik PMI.

Namun, Tommaso mengakui masih ada tantangan, terutama kesalahpahaman publik tentang nikotin. Banyak yang mengira nikotin adalah penyebab utama penyakit akibat kebiasaan merokok, padahal penyebab utamanya adalah proses pembakaran pada rokok yang mengasilkan TAR, zat kimia yang bersifat karsinogenik.

“Dengan menghilangkan proses pembakaran, seperti pada IQOS, VEEV, dan ZYN, kami menawarkan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa. Tapi kami tidak bisa melakukannya sendiri. Kami butuh dukungan dari berbagai pihak, termasuk media, untuk mendorong perubahan ini,” tutup Tommaso.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *